
MALANG (Lenteratoday) - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan fokusnya terhadap proses identifikasi dua bangkai pesawat tempur TNI AU Skuadron Udara 21 di Watugede, Pasuruan. Sebab diketahui, jatuhnya jenis pesawat tempur tersebut bukan kali pertama terjadi di Jawa Timur. Oleh karenanya, Khofifah menggarisbawahi urgensi dalam memahami penyebab jatuhnya pesawat Super Tucano itu.
"Saya rasa secara bertahap, kan sudah terkonfirmasi bagaimana perkembangan evakuasi bangkai pesawat tersebut. Karena saya juga relatif mengikuti bahwa dari Kadispen AU, juga sudah menyampaikan pesawat yang sama mungkin akan dilakukan proses asesmen. Tapi detailnya langsung saja menunggu penjelasan dari tim Asesmen TNI AU," ujar Khofifah, saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (18/11/2023).
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Mensos RI ini, juga menyuarakan keinginannya agar investigasi tersebut memberikan gambaran yang jelas. Untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Di sisi lain, dalam kesempatannya ini, Khofifah juga menyampaikan bela sungkawa dan duka mendalam. Khususnya bagi keluarga dari 4 Perwira TNI AU yang meninggal dalam bertugas.
"Tadi malam pada saat Raymuna di Trenggalek, saya juga mengajak peserta Raymuna untuk bersama-sama kita berdoa untuk 4 almarhum. Jadi mudah mudahan karena beliau-beliau ini gugur dalam tugas, semua amal ibadahnya diterima oleh Allah dan khilafnya diampuni oleh Allah," terangnya.
Sementara itu, Kadispen TNI AU, Marsekal Pertama (Marsma) Agung Sasongkojati, menginformasikan bahwa tim investigasi TNI AU saat ini tengah memusatkan perhatian pada analisis Flight Data Recorder (FDR). Langkah tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan pesawat jatuh.
Sebab menurutnya, pada Jumat (17/11/2023) kemarin, tim investigasi dari TNI AU telah menemukan dan mengamankan kotak hitam serta senjata milik dua pesawat EMB-341 Super Tucano yang jatuh di Pasuruan.
"Saya belum tahu apakah kita memiliki alat (pembaca FDR) itu atau tidak, tapi saya akan pastikan lagi nanti. Karena untuk membaca FDR itu, kami belum tahu apa kita bisa baca sendiri atau harus dikirim ke tempat lain, atau harus mendatangkan pesawat atau bagaimana, itu yang harus kita pastikan," ungkap Agung.
Reporter: Santi Wahyu|Editor:widyawati