
BERLIN (Lenteratoday) -Pameran Buku Frankfurt atau Frankfurt Book Fair tahun ini menuai kemarahan dan kecaman karena menunda penghargaan untuk penulis Palestina. Tidak hanya menunda penghargaan Adania Shibli, forum buku dan sastra terbesar di dunia ini juga membatalkan diskusi publik dengannya.
Awalnya, Adania Shibli, novelis Palestina, dijadwalkan akan menerima penghargaan untuk kategori sastra dari negara berkembang (LiBeraturpreis) atas novelnya yang berjudul Minor Detail di pameran tersebut.
Namun, pihak pameran menyatakan untuk menunda penghargaan tersebut karena adanya serangan terhadap Israel. Pihak pengelola penghargaan tersebut, Litprom, menyatakan pada Jumat lalu mengenai alasan penundaan yang terkait dengan penyerangan terhadap Israel.
"Akan menunda penghargaan terhadap Shibli karena adanya perang melawan Israel," kata pihak Litprom seperti dikutip Reuters, Rabu (18/10/2023).
Namun, Litprom yang didanai oleh Pemerintah Jerman ini memutuskan untuk mengadakan upacara penghargaan pada waktu yang berbeda atau yang disebut mereka "suasana yang tidak terlalu bermuatan politis".
Adania Shibli merupakan penulis Palestina yang menggambarkan kekejaman Israel lewat novelnya yang berjudul Minor Detail. Karya sastra ini menceritakan perang yang terjadi terhadap bangsa Palestina pada 1949, yang menyebabkan ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka. Konflik yang terjadi ini menjadi salah satu momen penting dalam konflik Arab-Israel. Novel ini bahkan diperbandingkan dengan karya-karya Albert Camus.
Direktur pameran buku Frankfurt yang juga merupakan Presiden Litprom, Juergen Boos, mengatakan secara terpisah bahwa ingin mengedepankan suara-suara Israel dan Yahudi setelah serangan Hamas ke Israel.
“Pameran Buku Frankfurt berdiri dengan solidaritas penuh di sisi Israel,” katanya, dalam akun media sosial Instagram pameran buku tersebut.
Selain penundaan penghargaan, juru bicara pameran tersebut juga membatalkan jadwal diskusi publik dengan Shibli serta penerjemah bukunya.
Penundaan tersebut kemudian ditanggapi lebih dari 600 penulis internasional melalui surat pernyataan terbuka. Di antaranya pemenang hadiah Nobel, seperti Abdulrazak Gurnah, Annie Ernaux, dan Olga Tokarczuk, lalu pemenang Booker Prize Anne Enright, Richard Flanagan dan Ian McEwan.
Para penulis tersebut menyebutkan bahwa Pameran Buku Frankfurt perlu memberikan ruang terhadap penulis Palestina.
"Pameran Buku Frankfurt bertanggung jawab sebagai pameran buku internasional yang besar, untuk menciptakan ruang bagi para penulis Palestina untuk berbagi pemikiran, perasaan, refleksi mereka terhadap sastra melalui masa-masa yang mengerikan dan kejam, bukan malah menghalanginya,” demikian isi pernyataan terbuka itu.
Kecaman terhadap penundaan itu menghasilkan aksi boikot. Penulis drama terkenal asal Suriah Mohammed Al Attar dan penulis Suriah Rasha Abbas mengatakan akan memboikot pameran tersebut.
Malaysia mundur
Terpisah penerbit buku, hingga Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia menyatakan mundur dari Pameran Buku Frankfurt yang berlangsung di Frankfurt, Jerman, setelah Menteri Pendidikan Malaysia Fadhlina Sidek menyatakan negaranya mundur dari pameran buku itu demi mendukung penuh Palestina.
Dalam pernyataan media penerbit buku perdagangan Malaysia, PTS Media Group Sdn Bhd yang diterima di Alor Setar, Kedah, Kamis, perusahaan itu memutuskan menarik diri dari keikutsertaan sebagai peserta Pameran Buku Frankfurt 2023, akibat sikap penyelenggara pameran itu.
Penerbit Malaysia itu menyatakan tetap berkomitmen terhadap kemajuan kesusasteraan berbagi pengetahuan dan pertukaran budaya (*)
Sumber: republika|Editor: Arifin BH