
KEDIRI (Lenteratoday) - Bupati Hanindhito Himawan Pramana marah besar saat melakukan peninjauan pembangunan trotoar penataan Kampung Inggris, Pare, Rabu (25/10/2023). Pasalnya, pembangunan trotoar di kawasan tersebut terlalu tinggi sehingga menyusahkan warga yang mau masuk ke rumah mereka. Selain itu, trotoar tersebut juga mengakibatkan badan jalan menyempit.
Peninjauan ini dilakukan karena sebelumnya warga setempat melayangkan protes. Warga menilai bahwa pembangunan tersebut hanya mementingka pemandangan dibandingkan dengan manfaatnya.
“Kalau kondisi trotoar yang dibangun seperti ini, saya bisa memahami protes warga. Saya bertanggung jawab dan mengakui kesalahan karena warga menjadi sulit masuk ke rumah dan tidak nyaman karena badan jalan jadi sempit, karena kiri kanan terkena pelebaran trotoar, Masalah-masalah seperti ini, rakyat pasti menyalahkan saya. Ya, sudah saya terima,” ujar Mas Dhito.
Mas Dhito pun meminta kepada personel dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk menunjukkan gambar teknis terkait perencanaan pembangunan trotoar. Di mana, pembangunannya dilakukan di kiri dan kanan jalan.
Bahkan Mas Dhito memanggil pengawas proyek. Kemudian dia meminta penjelasna dari pengawas tersebut. “Njenengan pengawas proyek, apa yang njenengan awasi dengan kondisi bangunan ini. Sempit nggak jadinya jalan, jadi wajar warga protes dengan pembangunan trotoar ini," kata Mas Dhito.
Atas apa yang disampaikan Mas Dhito tersebut, pengawas itu berdalih jika pengawasan pengerjaan proyek trotoar sudah sesuai perencanaan. "Ukuran dan kondisi proyek tidak ada penyimpangan,” kilah pria berompi saat dipanggil Mas Dhito.
Sebelumnya, warga dengan perintis Kampung Inggris, Pare Mr. Muhammad Kalend Osen, melakukan pada 10 Oktober 2023 lalu. Hasilnya, mereka protes keras pembangunan trotoar jalan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kediri. Pembangunan itu dinilai hanya mementingkan pemandangan dibanding manfaat.
Kemarahan Mr. Kalend ini terekam dalam video yang beredar di media sosial pertemuan warga Kampung Inggris dengan perwakilan pemerintah di tempat kursus Bahasa Inggris Basic English Course (BEC).
Dalam forum pertemuan tersebut, Mr. Kalend tampak mewakili warga Kampung Inggris menyampaikan keberatan atas pembangunan trotoar jalan yang dianggap menyulitkan akses jalan warga. Sebab, pembangunan trotoar di bahu jalan terlalu tinggi lebar sehingga menyulitkan pengguna jalan. Selain itu, akses jalan menjadi sempit dan susah dilalui kendaraan.
“Saya tanda tangan paling atas menolak pembangunan trotoar. Tidak ada musyawarah dari awal. Sekarang, warga harus mengangkat sepedanya untuk melewati trotoar itu,” kata Mr. Kalend.
Menurutnya, musyawarah sebelumnya hanya dilakukan pemerintah dengan beberapa orang saja. Pernyataan itu langsung disambut setuju warga yang hadir. Mereka tidak pernah diajak berkomunikasi dan tidak menerima informasi soal pembangunan trotoar.
“Penilaian saya dengan pembangunan ini, pemandangan lebih penting dari pada pemanfaatan. Memang indah itu perlu, tapi apakah masyarakat ini sudah nyaman, nikmat. Kita pikir bersama, segera dituntaskan. Tujuan saya InshaAllah tidak jauh dari yang diharapkan warga,” tegas Mr. Kalend.
Seorang warga yang turut hadir dalam pertemuan itu membenarkan kemarahan Mr. Kalend. Menurutnya pertemuan itu membahas pembangunan kawasan kumuh Jalan Anyelir di Desa Pelem Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Pertemuan yang berlangsung di BEC Kampung Inggris Pare itu dihadiri 59 orang warga bersama Ketua RW, Kapolsek Pare, Komandan Koramil Pare, Kepala Dinas Perkim Kabupaten Kediri, Kepala Desa Pelem dan pelaksana lapangan.
Warga amenyebutkan pertemuan itu menyepakati usulan yang disampaikan Mr. Kalend, yakni tinggi trotoar diturunkan, jalan diperlebar, kembali seperti sebelumnya. (*)
Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi