
JAKARTA (Lenteratoday) - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menargetkan mampu meraup keuntungan hingga US$ 399 juta tahun ini. Target tersebut disampaikan setelah perusahaan plat merah ini mengalami serangkaian kerugian dalam periode yang berkelanjutan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan target laba ini diharapkan bisa tercapai setelah berhasil melakukan restrukturisasi utang pada akhir 2022 dan adanya upaya penekanan biaya sewa pesawat. Selain itu juga seiring dengan optimisme jumlah penumpang yang dapat naik sebesar 60 persen.
Lebih lanjut dia menandaskan bahwa saat pihak manajemen perusahaan tengah berfokus pada strategi penerbangan ke rute-rute yang menguntungkan. Diantaranya Jakarta-Singapura dan Jakarta-Bali. Sebaliknya, rute-rute yang kurang menguntungkan, seperti Jakarta-Amsterdam, telah mengalami pengurangan frekuensi dari 3 penerbangan seminggu menjadi hanya 1 penerbangan seminggu.
"Prospek kinerja GIAA diperkirakan akan terus meningkat pada semester kedua tahun 2023. Faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ini meliputi musim liburan kenaikan kelas, perjalanan umroh, serta periode puncak seperti Natal dan Tahun Baru. Garuda Indonesia juga telah meningkatkan jumlah penerbangan umrah dari berbagai kota utama di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/10/2023).
Dalam keterangan itu juga disebutkan bahwa pada kuartal kedua tahun ini, GIAA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$ 33,6 juta, turnaround dibandingkan dengan kerugian sebesar US$ 110 juta yang dialami pada kuartal sebelumnya.
Selanjutnya, perusahaan berharap dapat menerima tiga dari lima pesawat narrow body yang telah dipesan pada akhir kuartal ketiga 2023.
Garuda juga berhasil menurunkan harga sewa pesawat hingga 30-50% setelah restrukturisasi, dan kini hanya membayar biaya sewa pesawat sesuai dengan durasi pemakaian pesawat kepada lessor.
Di sisi lain, Ia juga menyampaikan, pada akhir kuartal ketiga tahun 2023, Garuda Indonesia dan AirAsia telah menandatangani MoU yang mencakup tiga bentuk kerjasama. Ini mencakup kerjasama dalam bidang kargo antara Garuda Indonesia dan Air Asia Group, codeshare antara Citilink dan Air Asia, serta maintenance, repairs, dan operations (MRO) pesawat.
Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kedua maskapai dan meningkatkan daya saing di industri penerbangan.
Kemudian, merger antara Pelita Air dan Citilink yang diharapkan akan selesai pada akhir tahun 2023 juga dianggap dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap efisiensi perusahaan. Dari sini diharapkan membuka peluang untuk meningkatkan sinergi operasional antara dua maskapai, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
"Dengan adanya merger ini, Garuda Indonesia Group akan lebih memperkuat posisinya di pasar penerbangan dalam negeri maupun internasional, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan daya saing perusahaan secara keseluruhan," ungkap Irfan.
Irfan menambahkan, perseroan juga menargetkan perolehan laba US$ 589 juta pada 2024, US$ 631 juta pada 2025, dan US$ 647 juta pada 2026. "Prestasi ini patut mendapatkan apresiasi yang tinggi atas upaya yang telah dilakukan oleh manajemen GIAA," pungkasnya. (*)
Sumber : CNBCIndonesia | Editor : Lutfiyu Handi