
MALANG (Lenteratoday) - Pedagang Pasar Buku Wilis Kota Malang kini menghadapi tantangan penurunan pendapatan, akibat semakin maraknya perdagangan online.Renovasi yang sedang dilakukan Pemkot Malang pun diharapkan membawa dampak positif.
Salah satu pedagang pasar tersebut, Daliyah (74), mengaku bahwa kondisi penjualannya mengalami penurunan signifikan, sejak munculnya e-commerce beberapa tahun belakangan. "Tapi kalau saya insyaallah (hasil penjualan) masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi ya memang berkurang pendapatannya," ujar Daliyah, saat ditemui langsung di pasar buku tersebut, Rabu (13/9/2023).
Telah berjualan buku selama 23 tahun, Daliyah mengaku banyaknya platform marketplace saat ini, membawa perubahan besar dalam pendapatannya. "Biasanya dulu itu sehari saya bisa dapat Rp 3 juta pas musim tahun ajaran baru. Kalau sekarang, pas tahun ajaran baru, apalagi dengan serba online online ini, sehari itu paling Rp 500 ribu, itu sudah cukup tinggi," tambahnya.
Dalam kesempatannya ini, Daliyah juga mengungkapkan kesulitannya untuk mulai menjajaki dunia perdagangan digital. Menurutnya, keterbatasan akses teknologi serta faktor usia, merupakan salah satu hal yang cukup menghambatnya.
"Jujur saya gak bisa karena memang sudah tua. Di sini yang muda-muda itu ya memang pakai online. Saya ya sudah seperti ini saja. Paling tidak setiap hari masih ada pembelinya, ya disyukuri," tambahnya.
Lebih lanjut, warga Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing ini, menyebutkan bahwa harga buku yang dijualnya bervariasi. Tergantung pada tebal buku, kondisi, dan penerbit masing-masing buku. Selain itu, Daliyah juga menyoroti adanya perubahan dalam preferensi pembeli. Di mana menurutnya, novel kini menjadi salah satu yang paling diminati, sementara sebelumnya atlas dan kamus bahasa termasuk buku-buku yang paling laris dijual. Daliyah juga menyatakan harapan ke depannya agar penjualan dapat kembali ramai.
Seperti diketahui sebelumnya, saat ini Pasar Buku Wilis tengah menjalani tahap renovasi. Mengenai hal tersebut, Daliyah berharap agar perubahan ini akan membawa dampak yang positif. "Harapannya nanti kalau sudah selesai diperbaiki ini, bisa kembali ramai, semakin ramai," serunya.
Terpisah, Ketua paguyuban pedagang Pasar Buku Wilis, Muharto (44), juga mencatat adanya penurunan signifikan dalam omzet penjualan. Terlebih sejak pandemi COVID-19. "Di sini ada 68 stan. Sekarang sudah mulai merangkak perekonomiannya. Penurunannya ya sekitar 80 persen. Kalau (omzet) saya sendiri Rp 1-3 juta per bulan, kalau dulu sebelum pandemi ya bisa Rp 5-10 jutaan," ungkap Muharto.
Terkait konteks e-commerce. Pria yang akrab dengan sapaan Harto ini, menegaskan bahwa sebagian pedagang telah beralih ke platform online. Meskipun memang ada pedagang yang belum mengikuti tren ini dikarenakan faktor usia. "Dulu juga sudah pernah ada tawaran pelatihan untuk ecommerce, tapi konsepnya gak sesuai dengan yang kami mau. Jadi memang ada SDM yang mampu untuk online ada yang tidak. Tapi kami juga gak memaksakan pedagang untuk online," jelasnya.
Senada dengan penyataan Daliyah. Harto juga mengharapkan agar dengan adanya renovasi pasar saat ini, ke depan akan membawa lebih banyak dukungan dalam segi infrastruktur dan meningkatkan daya tarik bagi pelanggan. Selain itu, pihaknya juga berharap adanya kolaborasi antara Pemkot Malang dengan perguruan tinggi, untuk menyelenggarakan berbagai workshop dan pameran di pasar tersebut, demi mendongkrak kunjungan para pembeli.
"Kami mengharap diadakan seperti pameran buku di sini. Ada kolaborasi dengan perguruan tinggi misalnya, itu kan mengundang banyak mahasiswa ke sini. Kemudian membuat workshop untuk pedagang misalnya. Jadi bukan hanya dukungan secara fisik pasar. Tapi juga support untuk meramaikan pasar ini kembali," pungkasnya.(*)
Reporter: Santi Wahyu/Editor: widyawati