20 April 2025

Get In Touch

Ketua Komisi B DPRD Surabaya Minta UMKM E-Peken Kreatif, Pelaku Usaha: Sepi Tak Ada Pesanan

Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Luthfiyah (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)
Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Luthfiyah (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

SURABAYA (Lenteratoday) -Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Luthfiyah, minta pelaku UMKM pengguna e-peken lebih tingkatkan kualitas produk agar e-peken dapat digunakan secara efektif. Hal tersebut disampaikannya saat ditemui di Ruang Komisi B, Selasa (12/9/2023).

"Pemerintah Kota ini kan cuman membantu, memotivasi, agar UMKM itu berkembang, maju, dan perekonomian akan sukses di Surabaya. Termasuk pakai online melalui e-Peken," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa saat e-peken belum sampai populer di masyarakat, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Surabaya diwajibkan untuk membeli barang UMKM melalui e-peken. Ia berharap, pengguna e-peken tak hanya dari kalangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya saja, melainkan semua warga secara umum.

"Bagaimana caranya bisa laris? Ya harus ada kreativitas mereka juga," ungkap Luthfiyah.

Menurutnya, Pemkot telah memotivasi pelaku UMKM mulai pendampingan, permodalan, hingga pelatihan. Maka selanjutnya, ia serahkan pada pelaku UMKM, untuk melakukan kreativitas agar produknya juga laku melalui e-peken ini.

Salah satu pengguna e-peken UMKM Batik Jumput Ida bercerita, dalam kurun 6 bulan terakhir penggunaan e-peken, ia hanya mendapatkan pesanan dari Kelurahan saja. Untuk pemesanan biasa lebih banyak datang dari mulut ke mulut.

"Kadang-kadang orang tuh awam pakai ini (e-peken). Yang pakai qris juga biasanya kalangan atas," ungkap Ida Susilowati, pemilik Batik Jumput Ida.

Ida Susilowati, pemilik Batik Jumput Ida,menunjukkan akun e-pekennya (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

Ida mengaku telah 10 tahun lebih memproduksi batik di kediamannya, Karangrejo X/32, Wonokromo. Ia mengaku produknya telah dikenal bahkan sampai Organisasi Perangkat Daerah, sejak zaman kepemimpinan Tri Rismaharini.

Namun hingga kini, akun e-peken yang telah diunduhnya setahun kebelakang, belum menunjukkan kenaikan yang signifikan dari kalangan umum. Jika tidak ada pesanan dari pihak Kelurahan Wonokromo, e-pekennya sepi, seperti mati tak ada pesanan.

"Kita tuh nggak tahu, produk kita dilihat atau nggak dilihat itu. Umpamanya produk ini yang lihat 10 orang, berarti ada yang ngeklik. Untuk daya bersaing kan enak. Kalau kayak gini nggak bisa untuk daya bersaing," kritiknya mengenai fitur e-peken yang tak bisa dilihat berapa jumlah penonton produknya.

Sebagai pelaku UMKM ia menyarankan, di dalam e-peken ada fitur untuk jumlah penonton produk, tombol suka pada produk, komentar untuk yang tidak menyukai, dan yang terpenting adalah ulasan produk berupa bintang atau komentar dari orang-orang yang telah membeli produknya.

"Itu yang penting. Kalau barang kan harusnya begitu. Batikku luntur apa nggak luntur, aku nggak tahu penilaian orang. Terus batikku orang suka apa enggak, aku nggak bisa tahu," tutupnya.

Reporter: Jannatul Firdaus|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.