20 April 2025

Get In Touch

Memaknai Kemerdekaan Melalui Jejak Sejarah di Museum Brawijaya Malang

Beberapa pengunjung nampak melihat koleksi di Museum Brawijaya Kota Malang Selasa (15/8/2023). (Santi/Lenteratoday)
Beberapa pengunjung nampak melihat koleksi di Museum Brawijaya Kota Malang Selasa (15/8/2023). (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Museum Brawijaya di Kota Malang bisa menjadi jujugan bagi warga yang ingin memaknai hari kemerdekaan Indonesia secara kreatif dan edukatif. Dengan koleksi yang beragam, berbagai jejak sejarah perjuangan bangsa tersaji.

"Kunjungan ramai itu terutama pas hari-hari masuk sekolah. Karena museum ini kan sarana edukasi, jadi anak-anak sekolah itu banyak dirahkan ke sini. Mulai dari kelompok bermain, kemudian TK, SD, SMP-SMA, bahkan anak kuliahan pun banyak yang melakukan kunjungan ataupun penelitian di sini," ujar Kepala Museum Brawijaya, Letnan Andri Rompis, saat dikonfirmasi awak media, Selasa (15/8/2023).

Pria yang akrab dengan sapaan Andri, ini menambahkan, kunjungan ke Museum Brawijaya mengalami fluktuasi. Menurutnya, puncak kunjungan biasanya terjadi pada pertengahan Mei dan berkembang hingga pertengahan Oktober hingga Desember. "Kunjungan beragam, sebulan biasanya kalau saya kalkulasi, antara pengujung wisatawan lokal sama mancanegara, sama wisatawan yang studi. Itu paling ramai 3 ribu-4 ribu, per bulan. Pernah 5 ribu per bulan, tapi jarang sekali," tambahnya.

Lebih lanjut, Andri juga menyebut bahwa museum ini berhasil menarik perhatian wisatawan asing, terutama dari Belanda dan Jepang. Menurut Andri, para wisman tersebut mengaku sengaja berkunjung untuk mempelajari jejak sejarah nenek moyangnya.

"Kadang sehari 3-10 atau bisa 20 wisman. Karena mereka banyak yang menelusuri jejak nenek moyang mereka di sini. Tapi mereka tahunya negara mereka itu berjasa dalam kemerdekaan kita. Jadi di sini saya juga menceritakan kesesuaian sejarah yang ada. Akhirnya mereka ada yang meminta maaf saat tahu kejadian aslinya," ungkap Andri.

Dalam konteks koleksi barang-barang bersejarah. Andri menyampaikan bahwa Museum Brawijaya menyimpan lebih dari 1.600 barang yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia, terkhusus di Kota Malang. "Di sini ada 1642 barang koleksi. Rinciannya ada senjata pistol, senjata ringan senapan serbu, kemudian senjata berat seperti meriam kuno model lama. Kemudian ada juga 300 an keris yang merupakan barang hibah dari mantan Gubernur Jatim, mulai dari keris kecil sampai besar," paparnya.

Disinggung terkait perawatan koleksi tersebut. Letnan Andri menyampaikan bahwa biaya perawatan selama ini ditanggung oleh pendapatan dari tiket masuk sebesar Rp 10 ribu/orang. "Karena kita tidak ada anggaran dari satuan atas, kami memanfaatkan dari tiket kunjungan. Kami hanya memelihara saja, artinya barang-barang di sini tidak diaktifkan kembali karena ini kan museum. Hanya pembersihan pakai minyak senjata khusus," lanjutnya.

Kepala Museum Brawijaya, Letnan Andri Rompis saat menunjukkan peninggalan sejarah kepada pengunjung, Selasa (15/8/2023). (Santi/Lenteratoday)

Di sisi lain, Andri mengungkapkan bahwa Museum Brawijaya juga berencana untuk menambah koleksinya yang merupakan pemberian dari Paguyuban Mas Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). "Rencananya ada barang koleksi peninggalan leluhurnya dulu, seperti berupa perlengkapan baju, sepatu, senjata, kan pasti anak cucu mereka banyak yang nyimpan. Supaya TRIP itu dikenang oleh masyarakat. Supaya anak anak sekarang tahu, bahwa pelajar waktu itu, sudah berjuang mengangkat senjata," jelasnya.

Diakhir, sebagai Kepala Museum Brawijaya, Letnan Andri berharap agar museum ini dapat menjadi tempat di mana sejarah tetap hidup dan relevan, terutama bagi generasi muda. "Sesuai dengan pesannya Presiden pertama di Indonesia, Bung Karno, yakni Jas Merah. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.
Harapan saya dari sekolah sekolah dijadwalkan kunjungan terkait sejarah. Khususnya pelajar di Kota Malang itu," tutup Andri.

Sebagai informasi, dari ribuan benda-benda bersejarah yang ada di Museum Brawijaya ini. Di dalamnya juga termasuk salah satu dari 3 Gerbong Maut, yang menjadi saksi bisu bentuk penjajahan Belanda terhadap rakyat Indonesia. Di mana pada saat itu, 100 orang tawanan pejuang bangsa ditempatkan pada satu gerbong dengan perjalanan dari Bondowoso ke Surabaya. Peristiwa di tahun 1947 itu, menyebabkan 46 orang meninggal dunia, 42 sakit, dan 12 lainnya berhasil bertahan dengan keadaan sehat.(*)

Reporter: Santi Wahyu/Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.