MOJOKERTO (Lenteratoday)-Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto terus memperkuat edukasi dan sosialisasi tentang dampak negatif perkawinan anak. Walikota Mojokerto, Hj. Ika Puspitasari, SE hadir menjadi salah satu narasumber di Sarasehan Pencegahan Pernikahan Dini yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Ruang Sabha Mandala Madya Balai Kota Mojokerto, Rabu (9/8/2023).
Pada kesempatan itu, Ning Ita--begitu sapaan akrabnya--mengatakan kegiatan seperti ini sebagai wujud komitmen bersama untuk menyiapkan calon generasi penerus bangsa. Agar menjadi generasi yang berkualitas dan cerdas secara intelektual dan secara emosional dengan berakhlakul karimah.
Salah satu indikatornya adalah mencegah generasi bangsa untuk tidak melaksanakan pernikahan dini pada usia anak di bawah 18 tahun. Sehingga bisa melahirkan generasi yang berkualitas untuk bisa mendukung salah satu tujuan nasional yakni Generasi Emas 2045.
"Kita harus tetap berikhtiar dan bergerak bersama-sama, tidak hanya tugas tanggung jawabnya pengadilan agama, pemerintah dan MUI. Akan tetapi tugas tanggung jawab kita bersama," tutur Ning Ita.
Masih kata Ning Ita, Pemkot Mojokerto terus berupaya menekan angka pernikahan dini diantaranya bersinergi dengan kantor kementerian agama (Kemenag), bina remaja dari unsur masyarakat hingga Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja di sekolah-sekolah.
"Upaya yang kami lakukan tidak hanya pada gejala/kasus yang sedang terjadi, akan tetapi kita ikhtiarkan bagaimana agar kasus tidak terjadi sejak dini. Dari dulu sudah dipetakan persoalan yang menjadi penyebab, mulai dari calon pengantin, dari orang tua sejak remaja, dari remaja ketika mereka masih dibangku sekolah," pungkas Ning Ita. (*/Wisnu Joedha)
Editor:widyawati
.jpg)
.jpg)
