
SURABAYA (Lenteratoday) - Anggota Komisi VII DPR RI Bambang DH bersinergi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Pelatihan Pakan Hijauan dan Pengolahan Limbah pada Senin, (31/7/2023) di Luminor Ballroom lantai 5 Surabaya. Dihadiri 200 peserta, narasumber tak sekadar memberikan teori, tapi juga langsung mempraktikkan cara pembuatan silase.
"Saya senang hari ini BRIN kembali hadir untuk memberikan pelatihan. Mohon nggak usah sungkan-sungkan, kalau nggak bisa, tanyakan. Silakan dimanfaatkan pelatihan hari ini, mudah-mudahan memberikan manfaat bagi kita semua," kata Bambang DH dalam sambutannya.
Untuk diketahui, silase merupakan makanan ternak yang memiliki kadar air tinggi, diolah melalui proses fermentasi dengan bantuan jasad renik.
Pelatihan tersebut merupakan program Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi untuk Masyarakat dengan narasumber Muhammad Ainsyar Harahap, seorang peneliti ahli muda Pusat Riset Peternakan BRIN. Acara ini bertujuan sebagai bentuk abdi inovasi dan perluasan riset untuk kebermanfaatan masyarakat.

Ainsyar Harahap dalam materinya menjelaskan bagaimana mengelola pakan ternak agar bisa tersedia sepanjang tahun. Sehingga meskipun musim kering tetap dapat memenuhi kebutuhan ternak.
Dijelaskannya, pakan ternak hijauan ada masa simpan. Ketika telah dipanen, kemungkinan hanya akan bertahan 1-2 minggu lalu kering dan membusuk. Dalam pelatihan ini peserta diberikan ilmu dan teknologi untuk menciptakan pakan ternak yang tahan lama."Ada teknologi yang namanya pembuatan silase yaitu awetan hijauan segar," jelasnya.
Setelah menyampaikan materi, ia juga mengajak peserta untuk langsung praktik membuat silase. Ia menjelaskan, silase secara konsep adalah fermentasi di mana dalam satu wadah atau yang sering disebut silo, akan diisi oleh sub serat hijauan makanan ternak. Kemudian setelah itu ditambahkan starter. Karbohidrat starter tersebut bisa berasal dari em4 atau bakteri lainnya. Kemudian untuk bahan karbohidratnya bisa dari dedak maupun dari molasses.
"Secara prinsip nanti digunakan fermentasi aerob yang disimpan selama kurang lebih 14-21 hari. Dari hasil tersebut pH fermentasi akan turun di bawah 4. Ketika pH di bawah 4 maka pakan hijauan tersebut akan lebih awet. Bisa bertahan lebih lama, 1-2 tahun," jelasnya.

Pada sesi ini dibuat 3 silase dengan bahan yang berbeda. Pertama untuk kontrol, yang dibuat menggunakan rumput gajah saja. Kedua yaitu campuran rumput gajah, dedak, dan tetes.
Ketiga yaitu campuran rumput gajah, dedak, tetes, dan jerami padi. Proses pembuatan silase juga ditampilkan di layar proyektor, sehingga seluruh peserta dapat menyaksikan prosesnya meski tak ikut ke depan untuk mempraktikkan langsung.
"Untuk pengolahan silase ini utamanya untuk ternak ruminansia, yaitu sapi, domba, kambing," lanjutnya.
Salah satu peserta Anang Ma'rub mengatakan setelah mengikuti pelatihan ini banyak hal baru yang didapatkan. "Untuk materi di pelatihannya sangat baik. Bisa menjadi ilmu buat saya ke depan, barangkali saya ada rencana nanti untuk bikin usaha," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, penjelasan serta praktik pengolahan pakan hijauan yang telah diberikan sangat jelas. Sehingga ia berharap ada pelatihan lagi yang ilmunya bisa bermanfaat bagi pelaku UMKM dan masyarakat kecil, sehingga dapat digunakan meningkatkan taraf hidup ekonomi mereka.(*)
Reporter : Jannatul Firdaus/Editor:widyawati