
SURABAYA (Lenteratoday) - Art Performance rangkaian Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) kembali digelar. Hari Rabu, (19/7/3023) pertunjukan berlangsung di 2 tempat sekaligus, yaitu Royal Plaza Surabaya dan juga Ciputra World Mall Surabaya. Para delegasi menampilkan seni dan budaya asal mereka di depan ribuan pengunjung.
Di Royal Plaza, performens dibawakan oleh Polewali Mandar, Mojokerto, Sri Lanka, Kendari, Filipina, Bali, Flores, Surabaya, dan juga Uzbekistan. Salah satu yang menarik perhatian adalah tampilan Tari Bala Tau, yang dibawakan oleh delegasi Polewali Mandar, dari Sanggar Laut Biru.
Farhan, salah satu delegasi dari Polewali Mandar menjelaskan, Tari Bala Tau adalah salah satu adat yang ada di daerah Mandar, khususnya Daerah Tammajarra. Bala Tau artinya Hukum Adat untuk menghukum dan mengetahui siapa yang salah pada zamannya.
"Untuk yang perempuan tangannya direndam di minyak panas. Yang salah akan merasakan panas, kalau yang nggak salah tangannya tetap aman," jelasnya.
Berbeda dengan perempuan, cara mengetes orang yang bersalah pada laki-laki, tambahnya, adalah dengan adu parang. Sebelum melakukan ritual Bala Tau, laki-laki saling memakai ilmunya. Sehingga, yang salah akan kalah.
"Yang salah itu akan dipotong lehernya terus dibuang di jurang untuk laki-laki," jelasnya.
Di samping menerangkan tentang Bala Tau, ia juga menjelaskan, bahwa kisah yang diambil dalam persembahan malam ini adalah tentang kasus perselingkuhan. Sehingga, terdapat adegan seorang lelaki dipotong lehernya, dan wanita berteriak histeris melihat lelakinya mati terparang.
"Yang berteriak tadi si perempuan sebagai yang diselingkuhin," ungkapnya.
Tak hanya kisah adat Polewali Mandar saja yang dipersembahkan dengan dramatis, namun seluruh delegasi menampilkan keseniannya dengan berbagai suasana. Seperti kata Naura, salah satu pengunjung yang menunjuk tampilan Uzbekistan sebagai penampilan yang paling melekat di hati.
"Keren, takjub banget. Apalagi yang terakhir tadi, Uzbekistan itu paling seru, paling keren," ungkap Naura.
Naura hadir dan menyaksikan bersama Ibunya, Yusti. Menurut Yusti, tak hanya Uzbekistan saja yang melekat, namun juga penampilan dari Mojokerto. Delegasi Mojokerto menampilkan tari Dungo Langit Sedekah Bumi. Sebuah tarian yang mengisahkan tentang gagal panen akibat kurangnya bersedekah.
"Sama yang Mojokerto itu loh, lumayan menarik juga," ungkap Yusti.
Dari Art Performance hari ini, Yusti menilai penampilan delegasi menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Ia mengira, hal ini disebabkan karena baru pulihnya berbagai negara dari serangan Covid-19. "Semoga tahun depan jauh lebih baik lagi dan lebih rame lagi delegasinya," ungkapnya.
Untuk Kamis (20/7/2023) akan diadakan Culture Night sebagai penutupan dari rangkaian SCCIFAF 2023. Culture Night akan dilangsungkan di Balai Kota Surabaya pada pukul 19.00 WIB.(*)
Reporter : Jannatul Firdaus/Editor: widyawati