09 April 2025

Get In Touch

Upaya Penurunan Angka Stunting di Kota Malang Temui Kendala

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang, Donny Sandito (Santi/Lenteratoday)
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang, Donny Sandito (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Dalam upaya menurunkan angka stunting di Kota Malang, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB), Donny Sandito, mengungkapkan masih ditemui adanya kendala.

Meski demikian, dia menandaskan bahwa dalam upaya tersebut menunjukkan adanya perkembangan positif. Donny mengatakan bahwa berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, persentase stunting di Kota Malang berhasil menurun dari 21 persen menjadi 18 persen. Selain itu, angka stunting berdasarkan bulan timbang juga menunjukkan penurunan signifikan, bahkan mencapai 8,9 persen. Namun, Donny mengingatkan bahwa masih terdapat beberapa kendala yang perlu diperhatikan.

"Salah satu kendala yang dihadapi adalah pola asuh yang tidak optimal. Banyak bayi yang dititipkan pada orang lain karena misalnya orang tua mereka bekerja, sehingga pengawasan terhadap gizi bayi tidak terkontrol dengan baik. Selain itu, risiko stunting juga terkait dengan kesehatan bayi, terutama pada kasus kehamilan di bawah usia 19 tahun," ujar Donny, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (28/6/2023).

Donny mengatakan, upaya pendampingan pasangan pranikah juga terus dilakukan melalui kerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memberikan sosialisasi tentang kesehatan ibu dan anak kepada calon pengantin. Meskipun demikian, menurutnya, kendala muncul dalam penanganan calon pengantin non-Muslim dalam program pendampingan pranikah tersebut.

"Karena kendalanya non muslim kan mereka melakukan pemberkatan di tempat ibadah, nah tempat ibadahnya kan memang banyak. Kalau muslim, di KUA kan jadi satu. Sehingga kami akan bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk bisa masuk kesitu, jadi pada saat pendampingan mereka sebelum menikah, kami dari Dinsos dan BKKBN serta Dinkes bisa masuk untuk memberikan pendampingan," tambah Donny.

Lebih lanjut, selain beberapa kendala tersebut, Donny juga menyebutkan bahwa tingkat kehadiran balita di posyandu juga termasuk dalam kendala yang menyebabkan risiko stunting.

Dia menyebutkan, tingkat kehadiran balita di posyandu seluruh wilayah Kota Malang, saat ini baru mencapai 75 persen, sedangkan aturan yang berlaku menetapkan bahwa angka bulan timbang harus mencapai 85 persen dari jumlah balita.

"Risiko stunting sesuai bulan timbang yang tercatat di Dinkes ada 3.048 bayi. Karena angka tersebut nanti akan signifikan membantu jumlah kehadiran, nah kalau jumlah kehadiran bayi itu ada banyak, kita harapkan yang datang ke posyandu itu sehat. Sehingga prosentasenya bisa menurunkan jumlah risiko stunting," paparnya.

Dalam hal ini, Donny mengaku bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan para Lurah dan Camat se Kota Malang untuk mengajak masyarakat agar aktif dalam menimbangkan balita mereka di posyandu. Donny berharap dengan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat serta upaya kolaboratif antara berbagai instansi terkait, kasus stunting di Kota Malang dapat terus berkurang hingga mencapai angka yang lebih rendah. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.