21 April 2025

Get In Touch

Serap Aspirasi di Jatim, DPD RI Dukung Peningkatan Sarana Asrama Haji Embarkasi Surabaya

Komite III DPD RI saat rapat kerja dengan Pemprov Jatim terkait penyelenggaraan ibadah haji.
Komite III DPD RI saat rapat kerja dengan Pemprov Jatim terkait penyelenggaraan ibadah haji.

SURABAYA (Lenteratoday) - Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menggali berbagai permasalahan terkait penyelenggaraan ibadah haji di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Diantaranya terkait dengan sarana kamar di asrama haji embarkasi Surabaya yang dirasa kurang. Kemudian juga masa tunggu antrean ibadah haji yang cukup panjang, temasuk di Jatim yang mencapai 35 tahun.

Wakil Ketua Komite III DPD RI, Habib Ali Alwi, yang memimpin rapat kerja dengan Pemprov Jatim terkait penyelenggaraan ibadah haji berjanji akan membawa berbagai aspirasi tersebut ke pemerintah pusat untuk dicarikan solusi ke depannya.

"Artinya bahwa kedatangan kami hari ini adalah dalam rangka menyerap aspirasi berkaitan dengan penyelenggaraan ibadah haji di tahun ini, khususnya yang untuk bisa diperbaiki di tahun depan. Sudah tentu ketika kami datang ke sini ternyata aspirasi aspirasi itu ada yang lebih bersifat informasi, ada yang bersifat keluh kesah, ada juga yang bersifat mencari solusi," katanya saat memimpin rapat kerja di ruang Bhinaloka, kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, Rabu (31/5/2023).

Habib Ali mengatakan bahwa ada tiga tim yang dibentuk Komite III DPD RI untuk menggali aspirasi dalam hal penyelenggaran ibadan haji ini. Tiga tim dibagi diantara di wilayah Indonesia Barat yaitu di Sumatera Selatan, kemudian wilayah tengah di Jatim, dan wilayah timur di Sulawesi selatan, Makassar.

"Selanjutnya, apa yang didapat dari tiga tim itu akan dikumpulkan bersama untuk melihat persoalan-persoalan apa yang sedang terjadi di wilayah masing masing. Karena tiga ini saja sudah cukup menjadi contoh bahwa di semua daerah itu miliki kesamaan ada kemiripan. Inilah yang menjadi bahan perbincangan kami dengan Kementerian Agama dengan pihak tekait untuk proses penyelesaiannya dan mencari solusinya," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, ada beberapa aspirasi yang didapat, seperti yang disampaikan Kakanwil Kemenag Jatim, Husnul Maram. Dia mengatakan saat ini embarkasi Surabaya menjadi embarkasi terbesar di Indonesia. Namun demikian kapasitas asrama yang dimiliki hanya mampu menampung 3 kloter saja atau sebanyak 1.350 jamaah.

"Sementara, Bandar Udara Juanda sebenarnya bisa menerbangkan hingga 6 kloter dalam sehari, dimana dalam satu kloter di Surabaya ada 450 seat. Dan embarkasu Surabaya terbesar, maka sarana dan prasrana mohon untuk mendapatkan perhatian supaya tahun depan asrama haji bisa menampung 2 kali lipat kapasitas yang ada saat ini atau 2.700 seat," katanya.

Husnul Maram juga menyampaikan sebenarnya dalam hal pelunasan biaya penyelenggaran ibadah haji, Jatim terbilang cukup baik. Bahkan saat ini lebih jamaah yang telah luas sebanyak 632 orang sehingga mereka menjadi cadangan.

Terkait dengan antrean keberangkatan, Maram mengatakan bahwa jika daftar saat ini maka antrean di Jatim mencapai 35 tahun. Sebab saat ini saja sudah ada 1.119.670 jamaah haji yang mengantre.

Menanggapi apa yang disampaikan Kakanwil Kemenag Jatim tersebut, Habib Ali mengatakan bahwa kuota jamaah haji Indonesia belum sepenuhnya normal. Bahkan dia berharap nantinya kuota jamaah haji Indonesia bisa mencapai 270 ribu orang. Dengan kuota tersebut, maka sarana dan prasrana juga harus memadai diantaranya adalah asrama haji.

"Kita khawatirkan tahun besok ini udah kembali normal, maka tidak muat lagi. Ketika kebutuhan enam kloter per hari ternyata persiapan sarana prasarananya cuman tiga kloter maka mau tidak mau satu yang berkaitan dengan sarana prasarana asrama haji itu perlu ditambah," tandasnya.

Habib Ali juga menanggapi masalah Bandara Juanda yang belum mampu digunakan sepenuhnya untuk pesawat besar. "Terus yang kedua juga yang berkaitan dengan hal-hal pendukung lainnya, termasuk tadi saran dari teman-teman penyelenggara bahwa bandara. Tapi kalau kita lihat Juanda ini sudah masuk bandara Internasional, jadi kalau internasional pesawat yang 450 (seat) itu bisa," tandasnya.

Sementara terkait dengan masa tungggu, Habib Ali juga mengharapkan supaya pemerintah bisa memperpendek masa tunggu setidaknya paling lama menjadi 10 tahun. Sebab kalau sampai 35 tahun lebih maka dikhawatirkan banyak para pendaftar yang tidak bisa melaksanakan ibadah haji karena faktor usia dan bahkah meninggal.

"Yang jelas bahasa ekstrim saya, saya katakan bahwa waktu tunggu yang begini lama ini adalah sebuah kedholiman yang terstruktur. Oleh karena itu jangan sampai kita ini termasuk orang-orang yang membuat dholim dengan waktu tunggu yang lama itu, kerena mereka yang sudah bayar di awal tapi tidak sempat berangat haji kerena waktu yang lama itu karena sakit dan lainnya," tandasnya.

Ahmad Nawardi, anggota Komite III DPD RI asal Jatim mengatakan bahwa sebenarnya penyelenggaran Ibadah Haji Indonesia ini cukup enak. Sebab jamaah haji Indonesia terbilang sabar. "Mereka ini seakan akan tabu mengeluhkan sesuatu yang kurang. Padahal sebenarnya itu adalah hak mereka, bisa makanan yang kurang dan lainnya," tandasnya.

Untuk diketahui dalam rapat itu dihadiri 9 anggota Komite III DPD RI, Asisten I Setdaprov Jatim Benny Sampirwanto, Kakanwil Kemenag Jatim Husnul Maram, perwakilan Dinas Kesehatan Pemprov Jatim, penyelenggaran ibadah haji dan umroh, serta instansi terkait lainnya. (*)

Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.