
KEDIRI (Lenteratoday) - Tim Penggerakan PKK Kota Kediri mengadakan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) melalui zoom meeting. Kegiatan tersebut dijadikan satu dengan pengarahan kepada Penyuluh KB dan Kader Bina Keluarga (BKB) se-Kota Kediri dan kegiatan Kartu Kembang Anak (KKA), Selasa (16/5/2023).
Acara dibuka Ketua TP PKK Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar. Orientasi SOTH dan KKA bagi PKB dan BKB ini diselenggarakan, 16-17 Mei 2023. Dia menandaskan bahwa untuk menjadi orangtua hebat tidak perlu harus berlatar belakang edukasi tinggi, ataupun background ekonomi tinggi, apapun kondisinya harus menjadi orang tua hebat bagi anak-anak.
“SOTH ini memberi kesempatan kepada semua ibu dan perempuan untuk mau belajar. Makanya jangan sia-siakan kesempatan ini. Apapun kondisinya kita harus menjadi orang tua hebat untuk anak-anak kita,” ujar wanita yang akrab disapa Bund Fey ini.
Mengutip data Dinas Kesehatan (Dinkes), Bunda Fey menyebutkan kasus stunting di Kota Kediri lebih banyak dari keluarga dengan ekonomi mampu ketimbang dari keluarga ekonomi rendah.
Hal ini menjadi ironi, berarti ada sebuah kesalahan pengasuhan dan persepsi sehingga menyebabkan kesalahan pembiasaan pola makan. Semua itu berangkat dari pola asuh dan pemikiran keliru namun dianggap benar.
Seanjutnya, Istri Wali Kota Abu Bakar ini memberikan contoh seperti menyia nyiakan memberikan ASI eksklusif pada anak, malah diganti susu formula yang harganya sangat mahal. Menganggap susu formula manfaat dan khasiat jauh lebih baik dari ASI.
Padahal pemahaman itu tidaklah benar. Maka dari itu, diharapkan keikutsertaan ibu-ibu di Kota Kediri dalam program SOTH bisa mengentaskan dan memberi pemahaman tentang pola asuh kepada balita-balita di Kota Kediri.
Sementara itu, narasumber kegiatan ini Dwitrina Wiza Analis Kesejahteraan Keluarga BKKBN Provinsi Jatim mengungkapkan manfaat orientasi SOTH ini bisa mengakomodir orang tua yang mungkin tidak ada background pendidikan tinggi dan pola pengasuhan.
Mengikuti SOTH bisa mendapat ilmu tanpa harus mengeluarkan biaya. Semua materi yang diberikan juga lengkap, dan ilmu yang didapat juga bisa disebarkan ke tetangga atau orang yang mereka kenal.
Dwitrina Wiza menambahkan tantangan pola pengasuhan di era sekarang ini karena menghadapi anak-anak milenial jadi sebagai orang tua harus memiliki ilmu yang bisa menyesuaikan dengan mereka. Bila dulu anak-anak harus menurut apa kata orang tua, kalau sekarang ini anak-anak diajak untuk lebih demokratis.
Namun hal ini bukan berarti orang tua mengikuti semua kemauan mereka namun ada imbal balik antara orang tua dan anak. “Orang tua berusaha memahami anak, dan anak pun dengan sendiri memahami dan mengikuti apa yang diajarkan orang tua,” ujar Dwitrina
“Jadi bukan seperti jaman dulu, anak-anak dengan terpaksa mengikuti apa kemauan orang tuanya,” tambah Dwitrina.. Turut hadir dalam acara ini perwakilan DP3AP2KB. (*)
Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi