
SURABAYA (Lenteratoday)- Rumah Sakit (RS) Premier Surabaya meminta maaf terkait viralnya penolakan pasien yang akhirnya meninggal. Penolakan itu disebut membuat kerabat dan keluarga pasien tak terima dan meluruk RS Premier.Direktur RS Premier Surabaya dr.Hartono Tanto mengaku ada kekhilafan dalam melayani pasien kala itu.
"Saya mewakili manajemen RS Premier Surabaya mohon maaf sekali yang sebesar-besarnya atas pelayanan yang tidak baik terhadap almarhum Peter Manuputty. Kami tidak melakukan defence apapun karena menurut kami itu hal yang sudah terjadi, saya tulus hati dan rendah hati memohon maaf yang sebesar-besarnya," ujar Hartono saat dilakukan mediasi dengan keluarga pasien di RS Premier, Sabtu (29/4/2023).
"Sejujurnya, saya tidak tahu kondisi bapak. Bisa ada 2 kemungkinan. Mohon maaf, bisa tidak tertolong atau yang kedua bisa tertolong dan saya tidak mau berandai-andai, sesuai ilmu kedokteran bisa selamat tapi kondisinya seperti itu," imbuh Hartono.
Hartono mengaku tidak akan tinggal diam. Hartono menegaskan pihaknya tetap memproses secara internal perihal dokter dan suster yang melayani kala itu."Prosesnya ini kan juga sudah berlangsung, apa yang terjadi itu kan yang jelas saya lakukan sesuatu agar pelayanan masyarakat agar lebih baik dan saya akan bertanggungjawab. Ada proses panjang, untuk dokter jaga awalnya memang tidak boleh di IGD, namun sampai terlatih dan paham betul, dokter Leo (yang menangani Peter Manuputty saat kritis) adalah dokter yang mampu untuk itu. Memang, saya akui kami bisa khilaf, tapi niat untuk buruk mungkin tidak," lanjut Hartono.
Hartono lantas menganalogikan dokter tersebut bak prajurit perang. Sehingga, ketika karyawan ada kekhilafan, pimpinan tentu akan turun tangan."Artinya, saya tidak mau membawa ini sebagai kesalahan pribadi, tidak ada tentara yang salah, tapi jenderalnya yang salah," tandas Hartono.
Sebelumnya beredar dua video viral yang dinarasikan RS Premier menolak pasien karena UGD yang penuh. Penolakan itu membuat si pasien dibawa ke rumah sakit lain namun pada akhirnya tak tertolong dan meninggal dunia. Kerabat dan keluarga yang tak terima akhinrya meluruk RS Premier pada Kamis (27/4/2023).(*)
Reporter:dya,rls | Editor:widyawati