
SURABAYA (Lenteratoday)- Tumpukan sampah plastik di Hutan Mangrove Surabaya mengkhawatirkan. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun diminta segera beraksi. Mengingat mangrove memiliki peran sebagai pertahanan alami berbiaya rendah bagi masyarakat pesisir.
“Hutan mangrove memiliki peran penting bagi keberlanjutan lingkungan pesisir. Saat ini kawasan hutan mangrove terancam oleh keberadaan sampah plastik dari laut yang terjebak di akar akar pohon mangrove dan sekitarnya. Sampah plastik berbagai macam produk mencekit ribuan pohon mangrove. Sebagian besar sampah plastik tersebut, termasuk dari sampah rumah tangga, terbawa dari pedalaman ke pesisir oleh aliran sungai-sungai setempat,” kata pegiat lingkungan sekaligus Pewarta Foto Indonesia (PFI), Fully Syafi Selasa (11/4/2023).
Untuk diketahui, Surabaya yang merupakan kota pantai terbesar kedua di Indonesia dengan luas Kawasan Lindung Mangrove (KLM) sebesar 2.504 hektar atau 7,48% dari luas kota Surabaya. Dijelaskannya, saat sampah itu terjebak di kawasan terakhir antara darat dan laut, ekosistem bisa terganggu.”Perlu adanya peran aktif dari Pamerintah Kota Surabaya,”ujarnya kepada LenteraToday.

Terpisah, peneliti dari NIOZ (Nederlands Instituut voor Zeeonderzoek) Celine van Bijsterveldt, menyatakan “Mangrove membentuk perangkap sampah plastik yang sempurna” seperti dilansir dari Science Daily.
Bagi pohon-pohon mangrove, jebakan ini bisa menjadi sangat mematikan. Jenis pohon mangrove yang paling umum di pantai Jawa adalah mangrove abu-abu yang memiliki akar tumbuh ke atas untuk mengalirkan oksigen saat air pasang. Saat plastik memerangkap akar mangrove, akan mengganggu proses respirasi akar atau prsoes bernafas mangrove. Dalam penelitiannya disempanjang pesisir Jawa, Van Bijsterveldt menemukan 27 meter persegi plastik.
Akar mangrove akan berubah arah pertumbuhannya jika terhalang dan akar akan tumbuh sekitar plastik. Sehingga saat separuh dari dasar hutan tertutup plastik, pohon masih mendapat cukup oksigen untuk menghidupi daunnya. Namun tak semua pohon bakau bernasib naik dan mampu bermanuver untuk tetap tumbuh di antara sampah plastik. Pohon yang tak bisa tumbuh lebih besar dari plastik akan mati.
“Mangrove memiliki peran pertahanan alami berbiaya rendah bagi masyarakat pesisir. Hutan bakau berfungsi seperti pemecah gelombang dan dapat mencegah erosi dengan menjebak sedimen dari air,” papar Van Bijsterveldt. Bakau yang sehat berarti populasi ikan yang sehat dan ekonomi penangkapan ikan yang berkelanjutan. Industri pariwisata juga menemukan hutan sebagai daya tarik yang berkembang untuk meningkatkan ekonomi lokal. Namun memulihkan hutan bakau atau mangrove tak mungkin dilakukan tanpa pengelolaan limbah yang lebih baik. “Restorasi (hutan mangrove) yang sukses harus sejalan dengan pengelolaan limbah yang berkelanjutan,” kata Van Bijsterveldt.
Selain ancaman kelestarian pohon mangrove,sampah plastik juga menjadi ancaman besar bagi biota laut. Sampah plastik yang mencekik phon mangrove lambat laut akan terdegradasi menjadi serpihan mikroplastik yang akan mengambang di lautan. Sebagian besar plastik yang dibuang ke laut kemungkinan besar berakhir di pantai, bukan mengapung di atas permukaan laut atau di dasar laut.(*)

Naskah-Foto: Kuniawan | Editor:widyawati