20 April 2025

Get In Touch

Perkuat Sektor Pangan dan Urban Farming, Pemkot Malang Susun Programa Pertanian Tahun 2024

Wali Kota Malang, Sutiaji, saat memberikan sambutan dan arahannya dalam acara Programa Penyuluhan Pertanian tahun 2024
Wali Kota Malang, Sutiaji, saat memberikan sambutan dan arahannya dalam acara Programa Penyuluhan Pertanian tahun 2024

MALANG (Lenteratoday) – Ketahanan pangan dan urban farming, menjadi salah satu fokus untuk menghadapi kondisi ekonomi yang belum menentu saat ini. Pemerintah Kota (Pemkot) Malang pun, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) melakukan penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian tahun 2024.

“Acara kali ini menyusun programa penyuluh pertanian Tahun 2024. Kira-kira dari masing-masing bidang itu apa saja program dan kegiatan untuk 2024, mengacu apa yang menjadi prioritas dari Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Salah satunya yaitu penguatan ketahanan pangan dan urban farming,” ujar Kadispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, ditemui usai acara tersebut, Rabu (15/2/2023).

Slamet mengatakan, salah satu strategi penguatan yang akan dilakukan di sektor urban farming, diantaranya yakni dengan memberikan bibit tanaman cabai, kepada seluruh pelaku urban farming di setiap kelurahan yang ada di Kota Malang.

“Jadi, kami penguatan urban farming di tahun ini akan memberikan bibit tanaman cabai lagi. Kemudian satu set pertanian dengan sistem perkotaan, yaitu dengan membuat mini food terintegrasi. Artinya, ada kegiatan urban farming secara hidroponik, ada peternakan dan perikanan,” katanya.

Hal tersebut dilakukannya untuk mengembangkan program urban farming, serta mendorong adanya ketahanan pangan ditingkat keluarga, RT, RW, dan kelurahan.

Sedangkan, di sektor pertanian. Slamet mengaku akan membagikan fasilitas yang mampu menunjang produktifitas petani. Diantaranya yakni subsidi pupuk, fasilitasi benih padi, jagung, hingga pemberian sarana prasarana pendukung.

“Kami memberikan fasilitasi benih padi, jagung, sarana prasarana seperti mesin traktor, kemudian ada power weeder, kemudian jaring untuk melindungi bulir-bulir padi agar tidak dirusak oleh burung, juga pemberian racun tikus. Ini akan kita lakukan terus menerus dan berkelanjutan di setiap tahunnya,” tukasnya.

Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji, menjelaskan setidaknya terdapat 3 hal yang menjadi hasil dari kegiatan programa penyuluhan tersebut. Pertama, pihaknya menerima keluhan dari para petani terkait dengan penurunan harga gabah yang terjadi saat panen raya. Untuk hal tersebut, Sutiaji mengaku akan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk membetuk standarisasi harga pasar.

“Yang kedua, tadi minta ada subsidi berkaitan dengan masalah pupuk berimbang. Ketiga, tentu kami harapkan nanti ada inovasi teknologi yang masuk. Sehingga kemampuan produksinya semakin bagus,” tutur pria berkacamata ini.
Sementara itu, saat ini dikatakannya lahan produktif di Kota Malang hanya tersisa 803 hektare. Oleh karena itu, untuk pemaksimalan hasil panen padi dan ketahanan pangan masyarakat Kota Malang. Pihaknya berencana untuk menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang terdapat di Kota Malang.

“Luasan lahan pasti berpengaruh. Karena ndak mungkin luasan sedikit terus bisa menghasilkan banyak. Tapi, dimana mana kota itu kan urban, ketersediaan lahan sawah itu terbatas. Nanti kita jalin kerjasama dengan perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi yang punya fakultas ilmu pertanian, terutama padi,” pungkas Sutiaji.(*)

Reporter: Santi Wahyu/Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.