08 April 2025

Get In Touch

Waspada! Virus Marburg dengan Angka Kematian Capai 88% Dilaporkan WHO

Waspada! Virus Marburg dengan Angka Kematian Capai 88% Dilaporkan WHO

JENEWA (Lenteratoday) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikutip Selasa (14/2/2025) mengonfirmasi wabah pertama virus Marburg, mirip dengan virus Ebola. Dikatakan di Afrika, sedikitnya ada sembilan kematian di Guinea, wilayah bagian Afrika Barat, Senin (13/2/2023).

Badan kesehatan PBB mengonfirmasi wabah itu setelah sampel dari Guinea dikirim ke laboratorium Senegal untuk menentukan penyebab penyakit yang belakangan dikhawatirkan pejabat kesehatan sejak minggu lalu. WHO merinci, selain sembilan kasus kematian, ada 16 kasus lainnya yang diduga berkaitan yakni mengeluh gejala seperti Demam, Kelelahan, Diare dan Muntah.

WHO mengatakan telah mengirim ahli medis untuk membantu pejabat di Guinea menghentikan wabah tersebut dan mengirimkan alat pelindung diri untuk ratusan pekerja.

Seperti Ebola, virus Marburg berasal dari kelelawar dan menyebar di antara manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, atau permukaan, seperti seprai yang terkontaminasi. Tanpa pengobatan, Marburg bisa berakibat fatal hingga 88 persen.

Virus langka ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 setelah menyebabkan wabah penyakit secara bersamaan di laboratorium di Marburg, Jerman dan Beograd, Serbia. Tujuh orang meninggal dunia karena terpapar virus saat melakukan penelitian terhadap monyet.

Tidak ada vaksin atau obat resmi untuk mengobati Marburg, tetapi perawatan rehidrasi untuk meringankan gejala dapat meningkatkan peluang bertahan hidup. Dalam wabah tahun 2004 di Angola, Marburg membunuh 90 persen dari 252 orang yang terinfeksi. Tahun lalu, ada dua laporan kematian Marburg di Ghana.

"Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh atau jaringan hewan atau manusia yang terinfeksi. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 2 hingga 21 hari dan menimbulkan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan muntah. Dapat menyebabkan perdarahan, kegagalan banyak organ dan kematian," beber Dicky Budiman peneliti global health security Griffith University Australia.

"Sekitar hari ke-5 setelah timbulnya gejala, ruam, yang paling menonjol di badan (perut, dada, punggung), dapat terjadi. Saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk Marburg. Wabah jarang terjadi, relatif kecil, tetapi sangat fatal, dengan tingkat fatalitas kasus berkisar antara 25 persen hingga 90 persen," sebutnya.

Meski saat ini belum berpotensi menjadi pandemi, dunia disebutnya tetap perlu waspada terlebih belum ada vaksin yang bisa mencegah virus Marburg.(*)

Reporter: dya,rls / Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.