
JAKARTA (Lenteratoday) -Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menilai kebijakan analog switch off (ASO) justru memperkuat platform-platform media asing yang beroperasi di Indonesia.
Hary Tanoe menilai bahwa migrasi televisi analog ke digital melalui kebijakan pemadaman siaran analog atau Analog Switch Off (ASO) terlalu dipaksakan dan diputuskan sepihak oleh Menkominfo Johnny G. Plate.
Pasalnya, kebijakan ASO oleh Menkominfo Plate itu sangat berseberangan dengan perhatian dan dukungan yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo terhadap industri media nasional.
"Kebijakan ASO di seluruh Pulau Jawa oleh Menkominfo mengakibatkan banyak pemirsa televisi yang tidak bisa nonton televisi, kecuali menggunakan STB, Set-Top-Box. Akhirnya, publik banyak beralih nonton konten di platform digital asing," kata Hary Tanoe dalam pernyataan resminya, Sabtu (12/2/2023).
Padahal, kata pria yang kerap disapa HT tersebut mengatakan, konten media nasional senantiasa mendapat pengawasan dari Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, Lembaga Sensor Film dan lain-lain guna bersama-sama bertanggung jawab melindungi konten yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sebaliknya, dengan platform asing.
"Bila masyarakat belum siap, seharusnya Kemenkominfo menerapkan simulcast dalam arti siaran televisi analog dan digital berjalan bersamaan sampai masyarakat siap untuk migrasi atau analog switch off," katanya.
HT menjelaskan buntut dari kebijakan ASO di seluruh Pulau Jawa, pendapatan televisi turun sebanyak 40 persen karena Jawa merupakan pulau dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia.
"Pendapatan televisi turun 40 persen setelah pemberlakuan ASO di seluruh Pulau Jawa oleh Menkominfo. Padahal, televisi nasional dioperasikan oleh pelaku usaha nasional. Akhirnya, larinya ke platform digital asing," pungkasnya.
Di sisi lain, Hary Tanoe mengapresiasi perhatian Presiden Joko Widodo terhadap konten yang dikonsumsi publik dan keberlangsungan iklan industri media nasional.
"Saya sepakat dan berterima kasih atas perhatian, dukungan dan nasionalisme yang ditunjukkan Presiden Jokowi atas konten yang dikonsumsi anak bangsa dan pertumbuhan serta keberlangsungan industri media nasional," katanya, mengutip Bisnis.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan kesedihannya dan menyadari industri media konvensional menghadapi tantangan yang semakin berat, salah satunya terkait belanja iklan media, yang disebutnya turun 60 persen dan diambil oleh media digital, terutama oleh platform-platform asing.
"Ini sedih lho kita," kata Jokowi saat menghadiri puncak Peringatan Hari Pers Nasional di Deli Serdang, Sumatra Utara, Kamis (9/2/203).
Kondisi ini, lanjutnya, membuat keuangan media konvensional akan semakin berkurang.
"Larinya pasti ke sana (platform digital asing)," kata kepala negara.
Jokowi memaparkan meski sebagian media konvensional sudah mengembangkan diri ke media digital, namun dominasi platform asing dalam mengambil belanja iklan ini telah menyulitkan media dalam negeri (*)
Editor: Arifin BH