
Surabaya – Penyebaran virus corona (Covid-19) di Jatim khususnya Surabaya semakin banyak, untuk itu rumah sakit dituntut siap untuk antisipasi termasuk di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya. Bahkan saat ini sudah ada 42 pasien yang menjalani perawatan, serta ada 15 dirawat di IGD.
Hal itu diketahui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansasaat melakukan peninjauan kesiapan RSUA khususnya RS Khusus Infeksi . Di RSKhusus Infeksi yang ada di lingkungan RSUA ini disiapkan setidaknya 40 ruangan ICUyang rencananya semua menggunakan ventilator. Selain itu juga ada 200 ruangHCU.
Direktur RSUA, Prof Nasronuddin mengatakan bahwa pihaknyaakan all out mengotimalkan dan memaksimalkan pelayanan dan juga fasilitassehingga tata kelola di rumah sakit menjadi lebih baik sesuai dengan harapan. “Targetnyaadalah yang pertama zero kematian akibat covid yang dirawat, kedua zeropenularan virus pada nakes (tenaga kesehatan), dan ketiga zero keturalan bagi keluarganakes, keempat zero stigma dandiskriminasi,” tandasnya saat di RSUA mendampingi Gubernur Khofifah, Jumat(1/5/2020).
Prof Nasronudin mengatakan bahwa di RSUA saat ini merawat 42pasien covid-19. Sedangkan yang sudah inden untuk mejalani perawatan di ICU ada15 pasien yang saat ini ada di IGD. Sementara, pelayanan di poli rata ratasetiap harinya melatani 100 hingga 190 orang dan disebutkan sampai saat setidaknyasudah lebih dari 4000 yang mendapatkan pelayanan di poli.
“Untuk ruang ICU sesuai target 40 dan sudah tercapai. Kamiucakan terimaiash pada Pemprov Jati yang sudah mensuport. Untuk HCU bersama ICUini ada sekitar 200,” tandasnya.

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan jika memang nantinya kapasitas 200 ini sudah penuh oleh pasien positif covid-19 maka akan lebih efektif dikonsentrasikan di beberapa titik. Dia menandaskan langkah tersebut juga untuk menjaga dan memberikan perlindungan bagi tenaga medis di beberapa rumah sakit.
“Kita mengetahui sudah ada 46 nakes yang sebetulnya tertular justru bukan dari pasien covid, karena di UGD mereka tidak terkonfirmasi bahwa pasien itu ternyata PDP bahkan sudah positif. Sementara nakes stidak menggunakan APD, hal seperti itu sudah terjadi di wilayah lain,” tandasnya.
Dia menandaskan, seandainya terkonsentrasi di beberapa rumah sakit salah satunya di RSUA yang bednya mencapai 200 maka akan betul betul efektif. Sebab dengan demikian para nakesnya terproteksi dan seluruh pasien mendapatkan proses treament sesuai yang dibutuhkan.
Untuk hal ini, lanjut Khofifah, Rumah Sakit lain bisa mengkoordinasikan ketersediaan tempat tidur. Jika satu rumah sakit sudah penuh, masih ada RS Menur, RS Haji dan juga beberapa RS yang mungkin dikonsentrasikan untuk memberikan layanan covid-19, dengan demikian pelayanan bisa kebih konferhensif. (ufi)