
SURABAYA (Lenteratoday) – Meski Jatim telah mendapatkan tambahan pupuk bersubsidi sebanyak 225.263 ton yang disebar di 15 Kabupaten untuk masa tanam September hingga Desember, namun jumlah subsidi tersebut dirasa masih kurang. Untuk itu, Komisi B DPRD Jatim mengharapkan ada support dari Pemprov Jatim berupa bantuan alat pembuat pupuk organic (APPO) pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Subianto, mengatakan bahwa produksi padi pada tahun 2021 kemarin mencapai 9,79 juta ton GKG (Gabah Kering Giling). “Dengan tambahan ini (pupuk) sebetuhnya masih kurang untuk meningkatkan produksi padi, dan pupuk itu kan (kewenangan) pusat dan daerah tidak punya kewenangan,” tandasnya, Senin (7/11/2022).
Untuk itu, politik Partai Demokrat ini berharap pemerintah daerah juga memberikan dukungan untuk peningkatan produksi padi. Khususnya dengan alokasi tambahan yang sedikit itu bisa mengkover semua kebutuhan.
“Satu-satunya langkah pemerintah harus mengambil sikap untuk membantu petani dengan APPO, alat pembuat pupuk organik, ke Gapoktan. Dengan pola itu, insyaAllah penggunaan pupuk (kimia) bisa dikurangi, karena kandungan organik tanah saat ini menurun tinggal 2 %, padahal kebutuhannya 5%,” tandasnya.
Dia menandaskan bahwa sudah mengusulkan supaya pada APBD 2023 mendatang ada alokasi untuk bantuan APPO pada Gapoktan. Memang, lanjutnya, jika hibah diberikan pada semua Gapoktan maka membutuhkan anggaran cukup besar. Namun, dia mengusulkan tidak semua hanya sebagian dulu seiring dengan kekuatan anggaran dari APBD mendatang.
Mmakanya itu harus di-support untuk batuan APPO itu, karena saat ini belum. Masih proses, tadi sudah saya omongkan melalui komisi B minta dianggarkan. Kalau kebutuhan anggaran bayak, sementara kami minta tidak terlalu banyak, sebisanya,” tandasnya.
Sementara itu, dikutip dari laman Bappeda Jatim produksi padi di Provinsi Jawa Timur sepanjang Januari hingga September 2022 mencapai sekitar 8,17 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 232,72 ribu ton GKG (2,77 persen) dibandingkan Januari-September 2021 yang sebesar 8,41 juta ton GKG.
Kemudian, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA Padi September 2022, potensi produksi padi sepanjang Oktober-Desember 2022 ialah sebesar 1,51 juta ton GKG.
Dengan demikian, total potensi produksi padi pada 2022 adalah sebesar 9,69 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 0,10 juta ton GKG (1,05 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 9,79 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2021 dan 2022 terjadi di bulan Maret. Sementara produksi padi terendah pada tahun 2021 dan 2022 sama – sama terjadi pada bulan Januari. Produksi padi pada Maret 2022 yaitu sebesar 2,29 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Januari 2022 sebesar 0,28 juta ton GKG.
Tiga kabupaten/kota dengan total potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada 2022 adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bojonegoro. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan potensi produksi padi terendah yaitu Kota Mojokerto, Kota Blitar, dan Kota Batu.
Peningkatan produksi padi yang cukup besar pada 2022 terjadi di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti Lamongan, Bojonegoro, dan Gresik. Di sisi lain, beberapa kabupaten/ kota mengalami penurunan produksi padi yang cukup besar, misalnya Banyuwangi, Magetan, dan Madiun. (*)
Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi