
MOJOKERTO (Lenteratoday) - Presiden Joko Widodo meresmikan produksi bioetanol tebu untuk ketahanan energi, kunjungan kerja ke kebun tebu di Dusun Temugiring, Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto bersama pihak PTPN X dan PT Enero (Energi Agro Nusantara).
Selain berdialog dengan puluhan petani, kepala negara ini juga melihat proses penanaman tebu secara langsung oleh 35 petani. Jokowi menyebut, negara kini telah memulai sesuatu yang baru untuk urusan tebu karena kita gunakan varietas yang paling baru. Apalagi, di tanah yang dikunjungi sekarang ini, sesuai informasi dr. Remio jika penanaman tebu di sini tidak perlu pemupukan nitrat dan potas lantaran tanahnya sudah subur.
Terbukti, varietas tebu yang sebelumnya ditanam kini sudah tumbuh dengan empat atau lima batang. ”Dilihat tadi hasilnya sangat luar biasa setelah ditanam 26 hari. Biasanya hanya muncul dua, di sini bisa empat sampai lima, hal ini sangat luar biasa,” jelasnya.

Dengan begitu, pemerintah pun punya target besar yakni pada lima tahun ke depan, presiden menargetkan Indonesia bisa melakukan swasembada gula dengan lahan 700 ribu hektare.
Alhasil, Indonesia pun akan betul-betul mandiri, tanpa menggantungkan impor. Baik untuk konsumsi ataupun industri. 700 ribu hektare itu akan disebar di beberapa provinsi dan tidak menutup kemungkinan akan dilakukan juga di provinsi luar Jawa.
”Akan saya siapkan yang 700 ribu hektare itu, sekarang kita baru dapat 180 ribu hektar kita butuh 700 ribu hektare. Nanti kita akan perluas ke luar Pulau Jawa karena lahan 700 ribu hektar itu bukan lahan yang kecil, dengan sekuat tenaga akan saya siapkan,” ungkapnya.
Jokowi menilai jika gula bisa mencapai target tanpa menggantungkan impor, hasil lebihnya nanti bisa dilarikan entah lewat proses molase atau langsung itu akan masuk ke etanol sebagai ketahanan energi Nasional.
”Kita mulai dari e5, jalan e10, e20. Kita main dulu, b20, b30 untuk sawit ya ini sama. Saya senang kita sudah ketemu jurusnya, yang penting itu jurusnya. Sehingga tinggal implementasi yang tinggal harus diawasi,” pungkasnya.
Reporter : Nur Hidayah | Editor : Endang Pergiwati