
JAKARTA (Lenteratoday) – Resmi menduduki kursi pimpinan di Twitter, Elon Musk mulai dengan tindakan ‘bersih – bersih’. Ia dilaporkan memberikan instruksi untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran pada Sabtu (29/10).
Sebelumnya, pernah ada kabar yang menyebut Twitter akan melakukan pemecatan 75 persen karyawan di tengah proses akuisisi. Hal itu menimbulkan gonjang-ganjing di internal perusahan berlambang burung biru tersebut.
Para karyawan bahkan mengirim surat terbuka untuk Musk. Sang miliader juga menyempatkan bertemu dengan para karyawan. Namun pada Rabu (26/10), Musk mengatakan kepada karyawan perusahaan media sosial itu bahwa tak ada rencana pemecatan. Sayangnya, omongan Musk sepertinya tak bisa dipegang.
Sebuah laporan dari The New York Times menyebut Musk memberikan instruksi pada perusahaan untuk melakukan PHK besar-besaran pada karyawan Twitter.
Meski demikian, belum diketahui berapa banyak karyawan yang akan terdampak oleh rencana PHK besar-besaran ini. Seorang sumber menyebut beberapa departemen akan merasakan PHK yang lebih besar dibandingkan departemen lain.
Dilansir dari The Verge, Musk lagi-lagi membantah kabar tersebut. Lewat cuitan secara singkat, ia menjawab 'ini tidak benar.'
Terlepas dari bantahan Musk, PHK besar-besaran dari Twitter disebut dapat terjadi sebelum 1 November. Hari itu merupakan hari yang sama karyawan Twitter seharusnya menerima hibah saham mereka, yang biasanya mewakili sebagian besar dari gaji mereka.
Karena itulah, Musk ingin pemecatan berlangsung sebelum 1 November karena disebut tak ingin membayar hibah.
Sebagai informasi, Musk menyelesaikan akuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau Rp685 triliun pada Jumat (28/10). Langkah awal yang dilakukannya sebagai bos Twitter adalah memecat banyak eksekutif, termasuk mantan CEO Parag Agrawal, kepala keuangan Ned Segal, dan kepala kebijakan Vijaya Gadde.
Lebih lanjut, tidak sepenuhnya jelas apa yang Musk rencanakan dengan Twitter setelah akuisi dilakukan, tetapi dia baru-baru ini menyatakan keinginannya untuk menjadikan Twitter sebagai "alun-alun kota digital, di mana berbagai keyakinan dapat diperdebatkan dengan cara yang sehat, tanpa menggunakan kekerasan."
Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati