20 April 2025

Get In Touch

Ditetapkan Sebagai WBTB, Begini Filosofi Warak Ngendhog

Visualisasi Warak Ngendhog
Visualisasi Warak Ngendhog

SEMARANG (Lenteratoday) - Ikon Warak Ngendhok resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) 2022 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Jumat (30/9/2022) lalu. Warak Ngendhog mengandung filosofi mendalam tentang kehidupan multi etnis di Kota Semarang.

Kepala Bagian Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang, Haryadi Dwi Prasetyo, menyatakan bahwa sebelum sampai ke kementerian, Warak Ngendhog telah lulus seleksi menjadi prioritas di tingkat provinsi Jawa Tengah.

"Kota Semarang kemarin mengikuti penetapan budaya warisan tak benda nasional diikuti oleh berbagai provinsi. Jateng yang diusulkan 16 objek WBTB. Ini sudah lama dilakukan Kemendikbud," katanya saat ditemui di Kantornya belum lama ini.

Warak Ngendhog menjadi ikon filosofis dalam menggambarkan kehidupan masyarakat antar etnis di Kota Semarang. Ikon Warak menjadi visualisasi dari etnis Jawa, Tionghoa, dan Arab.

"Warak adalah suatu maskot di mana mencerminkan multi etnis yang menjadi harmonisasi Kota Semarang. Visual kepala naga, leher onta, tubuh kambing atau domba," terang Haryadi.

Wujud kepala yang berbentuk naga identik dengan etnis Tionghoa. Leher Warak yang memanjang mengambil dari visual onta yang menjadi hewan khas Arab. Terakhir, kaki kambing yang merupakan hewan peliharaan kebanyakan masyarakat Jawa. Gabungan dari ketiga hewan tersebut berwujud Warak yang menggambarkan kesatuan atau keharmonisan masyarakat walaupun berbeda etnis.

Sebelumnya, ikon Warak Ngendhog digunakan sebagai permainan tradisional anak-anak pada tahun 1881 M atau pada saat kepemimpinan Adipati Arya Purbaningrat. Pada saat itu pula, Warak Ngendhog kerap ditampilkan dalam kirab tradisi Dugderan.

"Saat itu belum ada wahana permainan, dan kehadirannya saat itu Warak Ngendog mencoba menggabungkan lintas etnis bersamaan dengan budaya dugderan," tutupnya. (*)

Reporter : Azifa Azzahra | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.