20 April 2025

Get In Touch

Persiapkan Petani Tembakau Gresik Hadapi Kemarau Basah dan La Nina

Acara 'Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tembakau 2021' yang di dalamnya berisi pelatihan menghadapi kemarau basah dan La Nina bagi petani tembakau Gresik.
Acara 'Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tembakau 2021' yang di dalamnya berisi pelatihan menghadapi kemarau basah dan La Nina bagi petani tembakau Gresik.

GRESIK (Lenteratoday) - Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik mengoptimalkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dengan menggelar pelatihan untuk petani tembakau dalam rangka menjaga produktivitas, menghadapi kemarau basah dan potensi badai La Nina yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berlangsung bulan November 2021 hingga Februari 2022.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gresik, Eko Anindito Putro melalui Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan, Syamsul Ma’arif, Selasa (9/11) menyampaikan bahwa, sektor perkebunan amat rentan terhadap perubahan iklim. Namun, dalam situasi apapun sektor ini harus terus berjalan. Untuk itu diperlukan adaptasi karena perkebunan, khususnya tembakau akan merasakan dampak yang besar apabila terjadi kemarau basah dan dilanjutkan dengan badai La Nina. 

"La Nina tidak hanya berpotensi terjadi banjir, tapi juga meningkatkan serangan hama dan penyakit. Kondisi ini bisa berdampak pada produktivitas tembakau," tandas Syamsul.

Acara 'Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tembakau 2021' yang di dalamnya berisi pelatihan menghadapi kemarau basah dan La Nina bagi petani tembakau Gresik.

Untuk itu, pihaknya menggelar acara "Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tembakau 2021" yang di dalamnya berisi pelatihan menghadapi kemarau basah dan La Nina bagi petani tembakau Gresik. Kegiatan dibagi dalam dua sesi, yaitu tanggal 11 dan 14 Oktober 2021 di Kantor Dinas Pertanian setempat. Setiap sesi diikuti oleh 60 peserta.

Narasumber dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Sulis Nur Hidayati menyampaikan efek kemarau basah dan badai La Nina bagi tembakau, antara lain pembibitan menjadi rusak, pengolahan tanah tertunda dan risiko erosi pada lahan tembakau yang miring, waktu tanam mundur, tanaman tembakau juga sering terendam air.

"Hujan deras akan mengakibatkan stagnasi atau daun bawah cepat "nglaras". Dan yang harus diperhatikan petani adalah penyebaran penyakit semakin cepat," tandas Sulis.

Untuk itu, ia mengimbau petani tembakau untuk senantiasa memantau cuaca harian yang disediakan BMKG. Selain itu melakukan antisipasi dengan membuat guludan yang tinggi, memperdalam saluran drainase, dan menguras lahan jika terjadi genangan.

Ia pun berharap, petani tembakau dapat memberikan perhatian ekstra di saat terjadi kemarau basah dan badai La Nina, agar produktivitas tetap tinggi dan kesejahteraan petani pun meningkat. (*)

Reporeter: Asepta/adv

Editor: Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.