
KEDIRI (Lenteratoday) - Ketidaksengajaan Supanudi, 68, petani padi Kelurahan Semampir, mencampurkan bibit padi jenis Memberamo dengan Rojolele, ternyata mampu menghasilkan padi varietas baru diberi nama “Bramole”. Ternyata dari ketidaksengajaan itu, beras hasil panennya kini disukai banyak orang.
Dari segi tekstur dan rasa, beras Bramole ini memiliki karakteristik pulen, wangi, dan tidak mudah basi. Supanudi dibantu oleh anaknya telah 2 tahun menanam padi Bramole ini. Sekali panen, mencapai 1,5 ton dari lahan 1.600 meter persegi. Kini kurang lebih ada 10-15 hektar yang ditanami padi Bramole.
“Penanamannya pun kami menggunakan pengendali hama organik. Pakai air rendaman tembakau, lalu juga menggunakan susu dan mitsin. Kami menggunakan pupuk organik dan hampir tidak menggunakan pestisida kimia,” ujar Supanudi yang sekaligus Ketua Kelompok Tani Mukhti Kelurahan Semampir.
Dengan metode tanam ramah lingkungan ini, selain hasil panennya juga bagus, keuntungan yang didapat oleh Supanudi juga lebih banyak. Bahkan proses pasca panen pun juga dilakukan sendiri. Mulai dari tebas, penjualan beras, hingga bekatulnya pun juga laku.
“Karena berasnya bagus, bekatulnya pun juga laku. Tetangga yang memiliki hewan ternak juga suka beli di sini. Hewan ternak mereka dapat makan dengan lahap karena bekatulnya wangi dan enak,” ujar Setio Wandono, anak Supanudi.
Berkaitan dengan inovasi tersebut, Wali kota Kediri, Abdullah Abu Bakar mengapresiasi dan mendukung pengembangan petani Kota Kediri di bidang pangan. Terlebih lagi, kini di Kota Kediri sedang menggalakkan penggunaan agensia hayati.
“Saat ini di Kota Kediri sedang memacu target penggunaan bahan organik pada bidang pertanian hingga 5 persen. Hal ini dapat mendorong petani untuk berdaya dan mandiri. Karena dengan kemandirian petani, otomatis akan berdampak baik pada kemandirian pangan di Kota Kediri. Kami harap semakin banyak inovasi pangan yang bisa dicetuskan para petani hebat di Kota Kediri dan mampu bersaing di pasaran,” ujar Mas Abu.
Banyaknya varietas beras yang dijual di pasaran, ternyata tidak mengurangi minat konsumen terhadap Bramole. Dibantu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, Bramole ini mulai merambah penjualan ke instansi dan rumah tangga dengan harga Rp 11.000/kg.
“Bermula dari pembelian di kelurahan, kecamatan, dan dinas-dinas di Kota Kediri, kini pelanggan sampai harus menunggu stok beras saking banyaknya permintaan. Bahkan mulai banyak pesanan dari luar Kota Kediri, seperti Surabaya, Jogjakarta, hingga Jakarta,” ujar Kepala DKPP Kota Kediri Muhammad Ridwan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan DKPP Ita Sachariani juga menambahkan DKPP akan terus mendampingi dan memandu agar petani terus terlibat hingga paska panen. Selain itu, DKPP juga akan koordinasi dengan OKKPD Provinsi Jatim untuk mendapatkan Sertifikasi Prima Beras Bramole.
“Ke depannya, Beras Bramole dapat melebarkan penjualan hingga ke swalayan dengan kemasan premium. Kami juga tetap akan memandu agar kontinuitas produksi tetap terjaga. Kami harap para petani dapat berkomitmen untuk terus menjaga sisi kualitas dan kuantitas,” tambah Ita. Saat ini, DKPP Kota Kediri sedang membahas proses pengemasan agar Beras Bramole tetap bebas dari kutu, harga dapat bersaing sehingga nilai jual semakin tinggi. (*)
Reporter: Gatot Sunarko
Editor : Lutfiyu Handi