19 April 2025

Get In Touch

Mahasiswa Untag Ciptakan Rancangan Sekolah untuk ABK

Mahasiswa Untag Ciptakan Rancangan Sekolah untuk ABK

Surbaya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945, Adiyat Priyat Dofir merancang desain bangunan sekolah untuk anak-anak inklusi. Hal ini dilakukan mengingat pendidikan merupakan hal mendasar yang harus didapatkan anak-anak, baik yang terlahir normal ataupun berkebutuhan khusus.

Desain tersebut diberi judul “Perangcangan SMK Eksklusif Bidang Pariwisata untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Surabaya”.

Adiyat mengatakan, data menyebutkan pada tahun 2017 ada sekitar 234 siswa berkebutuhan khusus di sekolah menengah pertama (SMP), akan tetapi hanya ada 30 orang anak yang mampu menuju ke jenjang SMA, artinya 30 persen saja yang mampu menuju ke jenjang SMA. Ini membuktikan bahwasanya pendidikan di Jawa Timur belum sepenuhnya maksimal. 

“Penyebabnya dikarenakan kouta terbatas dan proporsi yang tidak sesuai, biasanya SMA meminta IQ 70 padahal banyak yang tidak mencapai itu.Sehingga mereka susah mendapatkan fasilitas sekolah di Surabaya,” katanya, Selasa (18/2/2020)

Data ABK pada siswa SMP terus bertambah, tercatat pada tahun 2020/2021 calon lulusan SMP ada sekitar 395 orang. Jika melihat tahun sebelumnya maka 70 persen siswa tidak dapat masuk ke jenjang SMA. 

“Ada ketimpangan penyerapan sekolah negeri di SMP dan SMA. karena perbedaan kebijakan Dinas Surabaya dan Dinas Jatim,” ujarnya. 

Adiyat menjelaskan bahwasanya Rancangan sekolah inklusis khusus pariwisata ini diambil karena jurusan ini dianggap paling mampu untuk diterima dikalangan ABK. Sebab nantinya ABK diajarkan untuk bina diri. 

“Rancangan sekolah ini diperuntukan untuk Autis ringan, Tuna Grahita ringan, Tuna Rungu Wicara, dan Lamban Belajar. Juga terdapat 4 Departemen dan 7 Jurusan untuk SMK Insklusif ini yakni Tata busana, Perhotelan, Jasa Boga, Tata Kecantikan,” jelasnya. 

Diperuntukan  ABK, rancangan desain sekolah inklusif ini juga untuk meminimalisir tantrum yang bisa terjadi pada Anak Inklusif. 

“Kalau untuk menghilangkan tantrum tidak bisa ya, tapi kalau untuk meminimalisir bisa dengar cara menggunakan material bangunan yang ramah ABK, salah satunya pemilihan keramik yang tidak glosi melainkan batuan alam,” ujarnya. 

Selain itu, ruang kelas dibuat sedikit lebih besar untuk memberi ruang gerak yang tak terbatas pada ABK dan jumlah guru 

Lainnya dengan mendesign sirkulasi pergerakan dari dan menuju ke suatu tempat untuk ABK dimudahkan. Selain itu pembuatan ruang yang lebih besar dari pada kelas reguler dan jumlah guru yang lebih banyak dalam satu kelas. 

“Nantinya kalau ini terealisasi, saya sudah menyiapkan tempat yakni dekat Fasum YKP dengan luas 2,9 hektar. Dalam 1 kelas berisi 30 siswa dengan luas kelas 90 meter persegi,” pungkasnya. (ard)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.