
MALANG, (Lenteratoday) - Difabel sering dipandang sebelah mata dalam pelbagai hal, sering kali kesempatan kerja yang ada sama sekali tak ramah untuk dikerjakan oleh mereka. Hingga kini masih banyak difabel yang akhirnya memilih untuk bekerja di sektor non formal.
Diakui oleh Khusnul Khotimah, Field Coordinator United States Agency for International Development (USAID) menjelaskan hal ini disebabkan oleh pelbagai macam faktor, salah satunya yakni stigma yang langgeng di tengah masyarakat.
“Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh penyandang difabel, terbatasnya kompetensi diri, orang tua yang belum percaya diri dengan kondisi anak mereka, kondisi kerja yang membutuhkan ketahanan fisik dari penyandang, hingga stigma yang melekat,” ujarnya pada lentera, Kamis (19/82021).
Stigma yang melekat tak hanya menutup beberapa kesempatan bagi difabel untuk mendapat pekerjaan yang layak, akan tetapi ia juga mendegradasi kepercayaan diri difabel dan keluarganya akan kemampuan dirinya sendiri.
Pemberitaan terhadap difabel juga mempengaruhi stigma yang berlaku. Difabel selalu digambarkan sebagai seseorang yang patut untuk dikasihani. Padahal, ada banyak sekali difabel dengan segudang prestasi, namun capaiannya sering kali kalah dengan kondisinya sebagai difabel.
“Ada beberapa kejadian seperti, ia pintar tapi gagal jadi doktor hanya karena dia menggunakan kursi roda,” sambungnya. Minimnya pendampingan pemerintah terhadap difabel juga patut jadi sorotan. “Selama ini layanan publik saja, hanya ada di fasilitas umum tertentu, seperti taman, jarang ada puskesmas yang menyediakan layanan ramah difabel,” kata Khusnul.
Khusnul menjelaskan, perlindungan hukum untuk difabel sebenarnya sudah sangat rigid, namun belum ada sanksi yang jelas bagi pelanggar aturan tersebut. Masih sedikit perusahaan yang mau merekrut difabel untuk bekerja di sektor formal. Di Kota Malang sendiri, setidaknya ada 2.927 warga difabel dengan 23% difabel daksa, 8% difabel intelektual, 29% sensorik, 39% Mental, dan 1% ganda.
Meski begitu, masih ada beberapa perusahaan yang berkomitmen untuk melakukan rekrutmen inklusi yang ramah difabel. Beberapa perusahaan di Kota Malang sempat membuka kesempatan magang bagi difabel.
Namun hal ini harus didukung oleh fasilitas publik yang ramah bagi setiap difabel, mengingat difabel memiliki kondisi yang berbeda-beda.(ree)