24 April 2025

Get In Touch

BOR di Jatim Kini Menurun Hingga 60 Persen, Namun Pasokan Oksigen Masih Tersendat

BOR di Jatim Kini Menurun Hingga 60 Persen, Namun Pasokan Oksigen Masih Tersendat

SURABAYA (Lenteratoday) – Selama beberapa waktu diberlakukannya PPKM, memberi efek positif pada ketersediaan bed occupancy rate (BOR) di Jatim dan Surabaya yang jauh menurun selama sebulan lebih. Awalnya, BOR ruang isolasi khusus (RIK) mencapai 100%, kini sudah sekitar 60%. IGD pun sudah tidak ada antrean atau overload pasien Corona.

"BOR RIK Jatim sudah turun, bahkan sudah ada yang 50-60% RIK, kalau Surabaya sudah bagus 60-65%. Hampir sama Jatim secara keseluruhan maupun Surabaya khususnya. IGD juga sudah banyak yang kosong," kata Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim, dr Dodo Anando, Rabu (11/8/2021).

Sama halnya dengan BOR ICU ventilator juga menurun, meskipun tidak sesignifikan BOR RIK. Sebab, pasien dengan kondisi berat saat ini juga menurun. "Khusus ICU Ventilator masih cukup tinggi di atas 80%, bukan karena tidak mencapai, tapi karena terbatas ICU itu. Tidak 100% itu sudah bagus, berarti (pasien) yang berat-berat sudah agak turun," ujarnya.

"Contoh di RSI A Yani ada 6 ICU Ventilator, yang terpakai 5. Berarti ada sisa sekitar 15%, artinya yang terpakai sekitar 80%," tambahnya.

Dodo menjelaskan salah satu faktor penurunan BOR COVID-19 di RS Jatim karena penerapan PPKM yang berjalan lebih dari satu bulan ini. Selain itu juga kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan sudah lebih baik.

"Salah satu yang membantu adalah PPKM, salah satu yang memberikan kontribusi untuk penurunan ini adalah PPKM. Kedua mungkin masyarakat sudah sadar betul. Kesadaran masyarakat mau pakai masker. Yang jelas kita harus fair, PPKM ini menjadikan peran atau memberikan kontribusi penurunan ini," jelasnya.

Ia yang juga sebagai Dirut RSI A Yani juga berterima kasih kepada pemerintah atas solusinya dan strategi yang bagus. Jika masih ada pasien dengan kondisi berat, karena sempat ada masalah dengan oksigen, obat dan sebagainnya.

"Oksigen ini sudah agak lancar, masih ada yang telat ngirimnya dan sebagainya. Tapi yang jelas, walaupun telat tidak sampai fatal, terlambat 1 jam tapi tersendat-sendat, buat RS kan senam jantung. Kita semua RS pasti langganan, nggak ada yang ga langganan oksigen. Kendala di oksigen karena permintaannya banyak dari pada produksinya. Biasanya cukup 150 ton sehari sekarang butuhnya 250, kan diatur dikasih separuh-separuh dulu, ga harus bareng ngisinya. Kalau pas bareng jadi masalah," pungkasnya.(ist)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.