20 April 2025

Get In Touch

Selebrasi Vaksinasi, Difabel Tak Dapat Jatah yang Mencukupi

Selebrasi Vaksinasi, Difabel Tak Dapat Jatah yang Mencukupi

MALANG, (Lenteratoday) - Pemantauan vaksinasi oleh Gubernur Jawa Timur terasa terlalu meriah di tengah pandemi. Kunjungi Universitas Islam Malang (Unisma) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Khofifah Indar Parawansa, ingin mengetahui seberapa jauh vaksinasi dilaksanakan pada Senin (2/8/2021).

Suasana meriah seperti sambutan dengan musik band di halaman saat Khofifah turun dari mobil, terlihat berlebihan untuk kematian akibat covid19 yang tinggi di Jawa Timur. Pemantauan ini lebih terlihat seperti selebrasi vaksinasi daripada percepatan vaksinasi untuk kemanusiaan.

Dalam kesempatan konferensi pers bersama awak media, Khofifah menjelaskan vaksinasi yang dilaksanakan di UMM kali ini adalah upaya akselerasi percepatan vaksinasi, demi mencapai herd immunity.

"Ini merupakan satu upaya akselerasi percepatan vaksinasi khususnya di masyarakat Malang Raya. Tidak hanya warga Malang namun yang berdomisili dan berkepentingan di Kota Malang juga bisa mengakses vaksin ini," ujar Khofifah pada awak media.

Rektor UMM, Drs. Fauzan, M.Pd., menjelaskan, sebuah kehormatan bagi UMM untuk dipercayai menjadi bagian dari percepatan vaksinasi di Kota Malang. Meski sempat menyinggung bahwa vaksinasi ini merupakan inisiatif Gubernur, namun pada kenyataannya percepatan vaksinasi adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi rakyatnya.

Namun faktanya, vaksinasi hari ketiga di Unisma, hanya dilaksanakan pada 25 tenaga kesehatan dan 25 difabel. Sedangkan di UMM pada Senin (2/8/2021) vaksinasi sudah disuntikan pada 600 orang sampai pada jam 12.00 WIB tadi.

Ada 5000 dosis vaksinasi yang diserahkan pada UMM untuk disuntikan pada masyarakat umum termasuk difabel. Koordinator Pelaksana vaksinasi dr. Frida Neila R, menjelaskan ke-5000 vaksin modena dan sinovac tersebut dibagi di 2 tempat dan dalam beberapa sesi.

"5000 itu dibagi di 2 tempat, jadi ada yang dilaksanakan di dom UMM, ada yang dilaksanakan di perusahaan," kata dr. Frida saat ditemui lentera.

"Kita bagi beberapa tempat dan beberapa waktu tujuannya untuk memecah keramaian juga. Jadi dari kita floating, kira-kira bagaimana supaya kita dapat sasaran yang banyak tapi juga tidak menimbulkan keramaian," lanjutnya menjelaskan.

Ada 37 tenaga kesehatan yang membantu pelaksanaan vaksinasi di UMM. Pada hari pertama ada 1.778 vaksin yang sudah disuntikkan, hari kedua dengan 1.447 dosis. "Hari ini ditargetkan bisa mencapai seribu, sekarang sudah 600, nanti ada gelombang berikutnya," kata dr.Frida.

Di waktu yang berbeda, Eka Pujianti Koordinator Dinas Sosial (Dinsos) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, menjelaskan ada 35 difabel yang akan divaksin pada hari ini. Namun keterangan yang berbeda dilontarkan oleh Koordinator Pelaksana.

Hanya ada 10 warga difabel dan 14 tenaga kesehatan yang melaksanakan vaksinasi di UMM pada Senin (2/8/2021). Akan tetapi dari ribuan jumlah dosis vaksin, kuota untuk difabel bahkan tak menyentuh angka 10%.

Saat ditanyai perihal kendala pelaksanaan vaksinasi pada warga difabel, Eka mengaku sulit mengontrol dan mendata mereka. Ini mencerminkan cita-cita Indonesia inklusif dan ramah difabel masih sangat jauh dari angan-angan.

Eka menjelaskan selama ini pendataan hanya berdasarkan kerjasama dengan komunitas difabel, meski Dinsos mengaku memiliki data warga difabel, namun ia mengaku timnya masih kesulitan untuk melakukan vaksinasi terhadap warga difabel.

"Ya untuk vaksinasi pada difabel ini kan khusus ya, jadi gak sembarangan, dan kadang kalau difabel mental itu, kadang kemarin mau, sekarang tiba-tiba tidak," ujar Eka saat ditemu di tengah kesibukannya.

Sedangkan jumlah Difabel di Malang Raya tidak sedikit, kegagapan pemerintah dalam efisiensi kinerja terkait birokrasi dan pendataan, jelas tidak efektif, juga jauh dari kata ideal. (ree)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.