
SURABAYA (Lenteratoday) -Status Facebook yang saya baca hari Senin (21/6/2021) sekitar pukul 11:00 WIB, sungguh bikin kaget. Berjenak-jenak saya terpukau. Dan mengulang-ulang membaca.
Bondet Hardjito -sang pemilik akun, wartawan yang cukup ternama di Surabaya, mengunggah foto dirinya dalam posisi terbaring.
Matanya terpejam. Selembar masker warna putih dibiarkan lepas. Mungkin terdorong oleh alat bantu pernafasan yang menempel mulut hingga hidungnya.
Bondet -sapaan akrabnya, menulis sebuah kalimat. Tulisan ini seperti mengiris perasaan saya.
Yaa Allah hanya dua yg sy pinta: beri kesempatan saya melihat, menyaksikan ananda Ali Reza Djibran menikah dan punya anak. Kedua, atau matikan sy dalam keadaan husnul khatimah.
Narasi ‘permintaan’ Bondet diakhiri emoji wajah orang. Lucu, matanya bergambar hati warna merah dengan mulut terbuka.
Sebuah kalimat yang menawan. Kalau bukan ditulis seorang wartawan, sulit menggambarkan suasana batin seperti itu.
Meskipun semula saya ragu membagi status tersebut, toh akhirnya saya meneruskannya. Paling utama kepada grup WhatsApp (WA) teman-teman alumni Sekolah Tinggi Komunikasi -Akademi Wartawan Surabaya.
Tak berselang lama foto serupa menghiasi seluruh grup WA dan akun media sosial.
Setelah dirawat di rumah sakit Al Irsyad, Surabaya, Bondet Hardjito dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (22/6/2021) pukul 14.15 WIB.
Diperoleh kabar dari anaknya, Reza Djibran, bahwa Bondet mengalami sesak nafas sangat akut.
Menawan dan rupawan
Bondet teman satu angkatan. Tahun 1979, awal menjadi mahasiswa Stikosa -masih bernama AWS dengan jenjang pendidikan D3.
Dia memang menawan, dan tentu saja rupawan. Rupawan, sebab rambutnya, waktu itu keriting dimodel mirip penyanyi rock Ahmad Albar. Memang mirip. Hanya saja, Bondet posturnya lebih pendek.
Menawan, karena dia punya suara bagus. Sedikit-sedikit menyanyi. Dan, Bondet sering melantunkan lagu berjudul “Zakia” yang biasa dinyanyikan Ahmad Albar.
Entah kebetulan atau tidak, saya dan empat kawan lainnya punya hobi sama: menyanyi. Terbentuklah sebuah grup. Namanya: Mesaisen, diambil dari bahasa Jawa yang artinya “mesisan” (baca: sekaligus).
Selain saya dan Bondet, nama-nama personil Mesaisen: Agus Indiono (wartawan Antara, dan koresponden lepas Harian Kompas di Maroko); Iswan (apoteker); Eko Wienarto (Harian Surya, suami dari Maria Dian Andriana).
Tahun 1980-an Bondet tercatat menjadi wartawan Pos Kota perwakilan Jawa Timur di Surabaya. Kantornya di Jl. Embong Wungu.
Setahun kemudian, Bondet mengundurkan diri. Saya yang menggantikan posisi dia. Bondet pindah sebagai wartawan Koran Memorandum.
Pos Kota koran Jakarta yang mengutamakan berita kota dan kriminal. Tata letak layoutnya model sirkus. Koran Memorandum juga mengambil segmen yang sama untuk kota Surabaya. Jadi, modal Bondet sangat pas.
Saya secara intensif bertemu lagi dengan Bondet sekitar tahun 2017. Bondet rajin menyapa. Beberapa kali mengajak reunian dengan kawan-kawan semasa AWS.
Hampir dua bulan sekali pertemuan. Semua acara itu Bondet bisa hadir. Saya malah ada kalanya absen. Hebatnya lagi, setiap kali diselenggarakan pertemuan Bondet datang paling awal.
Dari pertemuan ke pertemuan, Bondet tak pernah berubah. Menyanyi dan menyanyi.
Tahun 2019 Bondet terlibat menjadi pengurus Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Timur. Suatu waktu dia memberi kabar, ada Uji Kompetensi Wartawan Dewan Pers yang diselenggarakan PWI Jawa Timur. Berkat info tersebut saya bisa ikut sertifikasi.
Di tahun yang sama Bondet juga masuk sebagai pengurus Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur yang menaungi Stikosa –AWS.
Pria kelahiran 16 Juli 1958, bernama lengkap Taufik Hidayat Bondet Hardjito ini hingga akhir hayatnya menjadi anggota bendahara yayasan.
Kawan-kawan, selaku wartawan hingga Selasa sore tadi menyampaikan narasi kenangan tentang Bondet. Semua bersaksi jika Bondet meninggal secara husnul khatimah.
Kawan-kawan non wartawan juga banyak yang ikut menyampaikan belasungkawa. Ucapan duka cita mewarnai jagad maya, khususnya di laman Facebook milik Bondet.
Saya menyampaikan doa dan harapan: mudah-mudahan jasa Bondet Hardjito menjadi amal yang soleh di sisi Allah SWT… (Arifin BH, Wartawan Senior)