
PONOROGO (Lenteratoday) - Masyarakat Pudak dan Sooko, Kabupaten Ponorogo resah akibat aliran sungai yang tercemar kotoran sapi ternak. Masyarakat telah melakukan berbagai upaya agar para peternak dapat mengolah limbah sendiri tanpa harus membuang ke sungai.
Ketua Komunitas Nelayan Air Darat Kecamaan Sooko, Ponorogo, Pujiana mengatakan, bahwa kejadian tersebut sudah sejak tahun 2014 hingga saat ini. Namun belum ada campur tangan dari Pemerintah untuk membantu menangani masalah tersebut. Padahal, masyarakat menggunakan air sungai sebagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
"Sekarang juga warga gak mau mancing ikan disini, ikannya kan mati semua. Belum lagi bau air sungainya bikin muntah," jelas Pujiana, Minggu (13/06/2021).
Puji memaparkan bahwa pencemaran tersebut juga menyebabkan aliran air di wisata air terjun Pletuk di Sooko tercemar. Dia beserta komunitas lainnya akan menempuh jalur hukum terkait masalah tersebut.
"Ini sudah terlalu. Jadi saya minta kepada peternak sapi perah baik di Pudak maupun Sooko supaya menghentikan pembuangan limbah kotoran sapi ke sungai sekarang juga. Kalau tidak mau, kita urus jalur hukum," imbuhnya.
Rencananya dalam waktu dekat, masyarakat Pudak dan Sooko akan melakukan kerja bhakti membersihkan sungai sebagai bentuk protes. Dengan harapan peternak sapi dapat sadar. Dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo ikut turun tangan.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo, Sapto Djadmiko mengatakan, sebenarnya sejak tahun 2014 Pemkab Ponorogo telah mengolah ratusan biogas dari kotoran sapi ternak di lokasi tersebut. Namun banyaknya pertumbuhan peternak sapi tidak seimbang dengan jumlah pengolahan biogas.
"Kala itu cukup efektif jadi kotoran tidak dibuang ke sungai. Biogas sangat membantu masyarakat. Karena untuk keperluan memasak bisa menggunakan biogas tanpa beli gas elpiji lagi." ujad Sapto.
DLH juga telah memasang jaring laba-laba di area sekitar sungai. Juga pemasangan baliho berisi himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dengan harapan masyarakat mengikuti himbauan tersebut.
Masalah ini harus dibicarakan banyak pihak. Mulai BBWS, Jasa Tirta, Dinas Pertanian dan semua pihak terkait," tandasnya (Ger).