
BLITAR (Lenteratoday) - Sebanyak 4 kecamatan di Kabupaten Blitar masuk kategori kerawanan tinggi bencana tsunami jika terjadi gempa berkekuatan 8,7 magnitudo seperti disampaikan BMKG.
Kepala BPBD Kabupaten Blitar, Achmad Cholik menyampaikan bahwa dari hasil analisa data, ada 4 kecamatan dengan kerawanan tinggi bencana tsunami di pesisir selatan Kabupaten Blitar. "Keempat kecamatan tersebut, diantaranya Kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto, dan Bakung," ujar Cholik.
Lebih lanjut Cholik menjelaskan salah satu indikator kerawanan, yaitu jumlah
penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. "Dari 4 kecamatan yang rawan bencana tsunami tersebut, sesuai data terdiri dari 12 desa diantaranya Desa Ringin Rejo dan Tugu Rejo (Kecamatan Wates), Desa Serang dan Sumbersih (Kecamatan Panggungrejo), Desa Gunung Gede, Ngadipuro dan Tambak Rejo (Kecamagan Wonotirto) dan Desa Bululawang, Plandirejo, Sidomulyo, Tumpak Kepuh dan Tumpak Oyot (Kecamatan Bakung)," jelasnya.
Hal ini disampaikan Cholik ketika melakukan koordinasi dan sosialisasi mitigasi potensi bencana gempa bumi dan tsunami di pesisir selatan Kabupaten Blitar, dengan nara sumber dari Pusat Studi Gempa dan Tsunami BMKG Pusat.
"Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan, para peserta yang terdiri dari Muspika dan perangkat desa. Menjadi lebih paham mengenai langkah yang harus dilakukan, agar masyarakat tetap tenang dan tidak resah menyikapi informasi potensi bencana tsunami ini," tandasnya.
Cholik mengungkapkan berdasarkan informasi dari BMKG, pada 4 kecamatan yang memiliki kerawanan tinggi bencana tsunami. Juga ada 3 pantai, yang berpotensi terjadi tsunami jika terjadi gempa dengan kekuatan 8,7 magnitudo yaitu di Pantai Tambakrejo, Serang dan Jalosutro. "Tiga pantai ini berada di 4 kecamatan, yang memiliki kerawanan tinggi bencana tsunami," ungkap Cholik.
Sementara itu Bupati Blitar, Rini Syarifah mengatakan Pemkab Blitar melalui BPBD dan dinas terkait, akan berkolaborasi dengan BMKG dan melakukan sejumlah antisipasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami di pesisir selatan.
"Saat ini yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah, adalah meningkatkan sosialisasi dan mengkampanyekan budaya mitigasi kepada masyarakat. Tujuannya bila terjadi bencana gempa dan tsunami, warga tidak lagi panik tapi langsung menuju ke titik evakuasi," kata Bupati Rini.
Bupati Rini juga menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik, serta meningkatkan kewaspadaan setiap saat. "Masyarakat juga diminta terus mengupdate perkembangan informasi dari BMKG melalui situs resmi, atau bisa langsung ke pihak desa, kecamatan maupun kabupaten," pungkas bupati perempuan pertama di Kabupaten Blitar ini.
Sebelumnya BMKG pusat juga melakukan kunjungan ke Pantai Tambak Rejo di Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Untuk meninjau jalur evakuasi, serta sejumlah fasilitas pendukung lainnya seperti rambu peringatan, titik kumpul dan peralatan Early Warning System (EWS).
Seperti diketahui beberapa hari lalu BMKG pusat merilis adanya potensi bencana gempa 8,7 magnitudo dan tsunami setinggi 18 - 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur. Dimana titik tertinggi gelombang tsunami sekitar 26-29 meter terjadi di Kabupaten Trenggalek, serta waktu tercepat mencapai daratan di Kabupaten Blitar 20-24 menit. (ais)