
SURABAYA (Lenteratoday) - Varian virus baru Covid-19 dari Afrika Selatan B.1351 dan Inggris B.1.1.1.7 diketahui telah memasuki Provinsi Jawa Timur. Pasalnya virus tersebut bermutasi kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang datang beberapa waktu lalu. Diketahui percepatan penyebaran virus dari 36-75 persen.
Tercatat sebanyak dua orang PMI dari Sampang dan Jember yang membawa varian baru Covid-19 tersebut telah dirawat intensif di Rumah Sakit Lapangan Indrapura Surabaya.
Laksamana Pertama TNI dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Penanggung jawab RSLI menjelaskan awal mula varian baru terdeteksi karena gejala pada PMI berbeda dari sebelumnya yakni mengalami nyeri otot dan kelelahan
“Awal mula varian baru masuk tanggal 11 mei keesokan harinya langsung kami kirim sampel ke ITB dan Balitbangkes Jakarta,” ujarnya saat press conference, Selasa (11/5/2021).
Untuk itu, lanjut Nalendra, perawat yang diberikan kepada dua PMI tersebut berbeda yakni pada ruangan isolasinya. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya penularan yang sungguh cepat dan beresiko berat.
“Tapi dengan daya tahan tubuh pasien yang baik ini alhamdulillah sekarang ada yang negatif dua kali hasil pemeriksaan. Akan tetapi kedua PMI tersebut masih harus menjalani isolasi selama 14 hari,” ujarnya.
Sementara itu, Dr Fauqa Arinil Aulia spesialis Pantologi klinik penanggung jawab RSLI mengatakan terdapat enam gejala yang ditimbulkan ketika terpapar varian virus baru Covid-19.
“Penularan dalam waktu yang cepat dan luas yang kedua baru ada perjalanan luar negeri. Ketiga menginfeksi kelompok usia yang sebelumnya tidak rentan. jadi kalau SARS Covid-19 sebelumnya anak anak jarang kasusnya sekarang banyak anak-anak yang terpapar. maka patut dicurigai,” jelasnya.
“Sudah divaksin tapi terpapar, dulu terpapar, sekarang terpapar lagi. Kemudian kasus dengan komorbid berat infeksi menular lain pasien covid komorbid HIV dan TBC itu juga perlu diselidiki adakah mutasi atau tidak,” imbuhnya.
Dr. Fauqa menegaskan bahwa tidak ada jaminan bagi seseorang yang telah mendapatakan vaksin tidak terpapar varian virus baru covid-19 ini.
“Kalau untuk seseorang yang sudah vaksin apakah bisa terpapar lagi? bisa. Karena memang vaksin untuk saat ini masih tahap penelitian. efikasinya diketahui sekitar 60 sampai 90 persen. Berarti masih ada spare tempat ketika imunitas yang terbentu tidak sesuai dengan yang diharapkan,” jelasnya.
Untuk itu, hal yang paling mendasar untuk mencegah covid-19 yaitu dengan meneraplan protokol kesahaatan.
“Kuncinya itu tetap protokol kesehatan masker jaga jarak cuci tangan menghindari kerumunan apalagi dengan varian yang baru ini. varian of high consequence yang belum diketahui apakah sudah ada di tempat lain terdeteksi atau tidak yang dipantau oleh WHO makanya tetep harus waspada,” ujarnya.
“Padahal varian ini terhadap vaksin yang sudah ada saat ini bisa menimbulkan efek imunitas yang tidak terbentuk,” pungkasnya. (Ard)