
MALANG, (Lenteratoday) - Tes wawancara screening alih status pegawai KPK tuai kecaman di dunia maya. Pertanyaan-pertanyaan tak relevan seperti "Kenapa kamu belum menikah?", "Mau tidak jadi istri kedua saya?", "Kalau pacaran ngapain saja?", "Kamu masih ada hasrat seksual atau tidak?", "Kenapa kamu belum punya pacar?”, “Apa tidak punya teman laki-laki?" Sampai "Islam kamu Islam apa?" Digunakan untuk tes wawasan kebangsaan.
Menanggapi hal tersebut Malang Corruption Watch (MCW) menilai ini sebagai karnaval kebodohan. "Saya rasa ini bentuk dari karnaval kebodohan ya," kata Raymond Sam Antonius Lumban Tobing, selaku Monitoring Hukum & Peradilan MCW.
"Dari pertanyaannya saja ini sudah tidak relevan, bagaimana mengetahui tingkat nasionalisme seseorang dengan pertanyaan-pertanyaan demikian," lanjut Raymond.
MCW menilai ini sebagai cerminan dari lemahnya kredibilitas dan performa KPK. Ini juga mencerminkan minimnya kesetaraan dalam badan pemberantasan korupsi tersebut.
Mencuatnya pertanyaan diskriminatif dan seksis juga menggugah Gerakan Perempuan dan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (KOMPAKS) membuka posko aduan untuk memastikan pemenuhan hak, perlindungan dan pendampingan korban. Aduan dapat dilaporkan melalui email kompaks@protonmail.com dengan subjek : aduan tes alih status pegawai KPK. Posko ini sudah dibuka sejak 7 Mei 2021.
Di luar daripada itu, alih pegawai KPK menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) juga tuai kontroversi. Anggota KPK dikhawatirkan akan mudah dikontrol, karena status kepegawaiannya. (ree)