
MADIUN (Lenteratoday) - Omzet produsen cincau hitam (janggelan) naik 5 kali lipat dari hari biasa. Kenaikan tersebut dikarenakan janggelan menjadi incaran masyarakat untuk bahan baku minuman ketika berbuka puasa.
Produsen janggelan, Kasih(60) mengatakan bahwa di hari biasa, janggelan hanya diburu oleh penjual minuman. Namun di bulan Ramadhan, banyak orang rumahan yang ikut membeli sebagai bahan berbuka puasa.
"Bulan Ramadhan membawa berkah buat kami mas. Alhamdulilah tidak terdampak pandemi," jelas Kasih di Tempat produksinya, Desa Jatisari RT 018/RW 004, Sabtu(08/05/2021).
Pada hari biasa, dia mampu menjual 2 drum janggelan yang bisa menjadi 20 ember. Per ember janggelan dijual dengan harga Rp. 22 ribu. Namun selama bulan puasa, dia mampu menjual hingga 10 drum atau setara 100 ember. Sehingga omzet yang sebelumnya hanya Rp. 440 ribu bisa tembus hingga Rp. 2,2 juta per hari.
"Omzet kita memang besar, tapi biaya operasional juga besar. Karyawan kami ada 4. Untuk buat 2 drum biasanya dikerjakan siang hari saja. Sekarang mulai jam 2 pagi sampai 7 malam," imbuhnya.
Janggelan yang dijual oleh Kasih biasa dibeli oleh pedagang dari Madiun, Pagotan, Dolopo dan Ponorogo. Meskipun demikian, dia tetap melayani pembeli yang datang ke rumah dengan harga ecer.
"Beli untuk konsumsi pribadi juga tetap saya layani. Ada yang Rp. 3 ribu, Rp. 5 ribu, Rp. 10 ribu. Saya gak patok harga khusus untuk konsumsi pribadi," kata Kasih.
Proses pembuatannya ternyata cukup mudah. Pertama-tama, daun dan batang pohon janggelan dicincang. Kemudian dicuci hingga bersih. Setelah dicuci bersih, cincangan tersebut direbus hingga hancur.
"Setelah itu disaring menggunakan saringan yang lembut. Kemudian direbus lagi dengan menggunakan tepung tapioka sebagai pengental. Baru kemudian dapat dicetak sesuai pesanan," tandasnya. (Ger)