Ini Kisah Hidup Anton Medan, Mantan Mafia Kelas Kakap yang Menjadi Mualaf dan Mendirikan Masjid

JAKARTA (Lenteratoday) - Nama aslinya Tan Hok Liang. Tetapi ia lebih dikenal dengan nama Anton Medan, meninggal dunia pada persis pertengahan Maret ini, karena penyakit diabetes dan stroke yang menimpanya. Pria asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini memang fenomenal.
Sebelum meninggal Anton Medan dikenal karena sering keluar masuk penjara, tetapi akhirnya ia bertaubat, menjadi seorang tokoh muslim Tionghoa, dan mendirikan sebuah masjid yang ia beri nama Masjid Jami’ Tan Hok Liang.
Meski pernah tercatat sebagai pelaku kriminal sekaligus mafia kelas kakap Anton Medan adalah salah satu sosok yang berpengaruh. Kabar kepergiannya mengundang perhatian banyak kalangan. Kiriman karangan bunga dan ucapan duka cita datang dari berbagai kalangan. Beberapa di antaranya dari istri Wakil Presiden Ma’Ruf Amin, Wury Estu Handayati. Kapolri Listyo Sigit Prabowo juga turut mengirimkan karangan bunga dukacita atas meninggalnya Anton Medan.
Selain itu, Mantan Gubernur D.K.I. Jakarta, Basuki Thjahaja Purnama (BTP) atau dulu dikenal dengan sapaan Ahok, juga terlihat mengirimkan karangan bunga. Selain itu terlihat juga beberapa karangan bunga dari pejabat lain seperti Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono, Wali Kota Jambi Syarif Fasha dan masih banyak lagi.
Selama hidupnnya Anton Medan memang menjadi salah satu orang berpengaruh. Apalagi setelah dirinya mualaf dan menjadi sosok Tionghoa muslim. Selain itu dia juga secara aktif merangkul orang-orang keturunan Tionghoa yang ingin menjadi mualaf dan para mantan narapidana melalui pondok pesantren yang didirikannya.
Pernah Menjadi Tokoh Preman atau Mafia Paling Ditakuti
Pada awalnya Anton Medan dikenal oleh masyarakat sebagai tokoh mafia atau preman yang sering keluar masuk penjara. Rekam jejak Anton Medan di dunia hitam cukup panjang. Dikutip dari kompas.com, Anton mengaku sudah 14 kali keluar masuk penjara sejak kecil. Kasus yang paling banyak menimpa dirinya adalah perjudian dan perampokan.
Anton Medan pernah menjadi sosok yang ditakuti saat era orde baru. Bahkan Anton pernah dituduh sebagai salah satu profokator dalam peristiwa kerusuhan di tahun 1998. Ia dituduh membakar rumah salah seorang pengusaha hingga ia dipenjara. Menurutnya, pada saat itu dia mendapatkan perlakukan sewenang-wenang dari aparat penjaga tahanan di Mapolda Metro Jaya.
Lelah dengan dunia lembah hitam tersebut, Anton akhirnya bertobat dan menjadi mualaf. Bahkan ia telah mendirikan masjid dan pondok pesantren.
Sebelum memeluk agama Islam, Anton Medan pernah menganut agama Buddha dan Kristen. Ia menjadi mualaf dan memeluk agama Islam pada tahun 1992. Menjadi mualaf membuat Anton mengganti namanya menjadi Anton Muhammad Ramadhan Effendi. Selain berdakwah Anton juga sempat menjadi Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) pada tahun 2012.
Masjid yang ia dirikan diberi nama Masjid Jami’ Tan Hok Liang. Masjid ini berada di area Pondok Pesantren At-Taibin, Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Masjid yang ia dirikan ini memiliki gaya bangunan yang bernuansa TIonghoa. Selain membangun masjid, Anton juga menyiapkan makamnya dan akan dimakamkan di daerah Pondok Pesantren At-Taibin.
Terakhir, sosok Anton sempat muncul kembali ke ruang publik pada tahun 2020. Dirinya muncul pada sidang kasus video ikan asin yang melibatkan terdakwa Galih Ginanjar, Rey Utami dan Pablo Benua. Kedatangannya pada waktu itu untuk mendukung dan memberikan semangat kepada Pablo Benua.
Kedekatan ini juga dibuktikan oleh Pablo Benua. Dirinya mengunggah foto yang memperlihatkan Anton Medan dalam kondisi kurus dan terlihat lemah karena sakitnya. Terlihat dalam caption postingan tersebut tulisan belasungkawa dan doa dari Pablo Benua untuk mendiang Anton Medan.
Kini kepergian Anton Medan memberi banyak pelajaran hikmah bagi semua keluarga, kawan dan kenalannya. Perjalanan hidup yang misterius, akan kemana hidup ini berjalan, tergantung pada kemana kita akan mengarahkan kemudi. Yang pasti, jika benih kebaikan yang kita tanam akan berbuah kebaikan. Dan sebaliknya, bila benih keburukan yang kita sebarkan, pasti buah keburukan yang akan kita petik.(ist)