
KEDIRI (Lenteratoday) - Meski belum dilantik, Wabup Kediri terpilih, Dewi Mariya Ulfa mulai melakukan aktivitas kemasyarakatan dengan menghadiri acara Kenduri Ageng Wilis di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Acara tersebut digagas Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis) Kediri.
Dalam kegiatan itu dilakukan penanaman sebanyak 500 pohon yang diikuti oleh 50 peserta dari Pelestari Kawasan Wilis, serta digelar bursa produkorganik hasil pertanian warga Desa Pagung. Dalam kesempatan itu kehadiran Dewi mewakil Bupati terpilih Hanindhito Himawan Pramana.
"Hari ini saya menghadiri acara Kenduri Ageng masyarakat Wilis yang diselenggarakan Perkawis mewakili Mas Bupati di Desa Pagung, Kecamatan Semen. Pesan Beliau pada pemerintahan kami akan menggalakkan penghijauan dan penertiban terhadap penebangan liar bekerjasama dengan TNI dan Polri. Karena dampak penebangan liar menyebabkan banjir, tanah longsor, dan hilangnya sumber air," kata Dewi Mariya Ulfa.
Masih kata Ketua Fatayat NU Kabupaten Kediri ini, di Desa Pagung juga sudah mulai menggalakkan pertanian organik, dari padi merah, padi hitam hingga sayur-sayuran organik.
"Terima kasih atas support dan bantuan Dinas Pertanian, DLHKP, Perhutani, Pemdes Pagung, sahabat-sahabat Perkawis dan seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Ayo kita tanam dan pelihara pohon. Salam Lestari. Salam Kediri Menang," tambahnya.
Sementara itu, Tofan Ardi, Ketua Umum Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis) Tunggal Rogo Mandiri (Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, dan Kediri), menjelaskan acara ini digelar dengan mengusung tema Kagem Wilis yang merupakan Akronim dari 'Untuk Wilis' yang bermakna dedikasi dan kontribusi dari masyarakat untuk Wilis.
Menurut Tofan Ardi, Kagem Willis juga merupakan singkatan dari Kenduri Ageng Masyarakat Wilis, ini dilakukan sebagai bukti dan kontribusi warga semakin peduli, menjaga, dan melindungi hutan. Kenduri, lanjut Tofan, dalam tradisi masyarakat Jawa juga berarti Slametan, yang secara simbolis di gambarkan dalam ujud tumpeng (berbentuk kerucut) menyerupai gunung.
Tambahnya, spirit ini mengusung paham ecosentris (sebuah kesadaran bahwa sebagai manusia, hendaknya tidak mengedepankan egosentris) melainkan menumbuhkan kesadaran bahwa manusia harus peduli terhadap alam.
"Masyarakat di lereng Wilis hendaknya sadar bahwa Gunung Wilis, bukanlah obyek yang harus dieksploitasi melainkan menempatkan Wilis sebagai subyek yang harus dijaga dan dilestarikan," tutupnya. (gos)