
SURABAYA (Lenteratoday) - Peningkatan permintaan donor plasma konvalesen sebagai terapi penyembuhan Covid-19 tidak sebanding dengan ketersediaan alat. Hal itu diungkapkan oleh Kepala UPT Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya, dr. Budi Arifah. Budi menyebut saat ini stok hanya terdapat 42 kantong.
Di antaranya, 7 kantong untuk golongan A, 19 kantong Golongan O, 16 kantong golongan AB.
"Totalnya ada 42. Untuk jumlah antriannya, ada 30 pasien golongan B. Sementara golongan A, O dan AB tidak ada," paparnya ketika dihubungi pada Selasa (2/2/2021).
Ia mengapresiasi jumlah pendonor yang lebih meningkat dari sebelumnya. Hanya saja, Ia menyayangkan kurangnya mesin.
"Kantong darah sudah kosong. Semua alat dari luar negeri yang kosong. PMI pusat bekerjasama dengan BNPB untuk pengadaan alat," lanjutnya.
Arifah menyebut bahwa PMI di seluruh wilayah di Indonesia mengalami hal serupa. Sebab, alat yang digunakan untuk donor plasma konvalesen impor dari luar negeri.
"Untungnya, kita pakai 3 merk alat. Yang 1 masih ada kantongnya. Kalau 1 alat kan antrinya panjang. Prosesnya 1 pendonor itu 1 jam," jelas dia.
Di Surabaya sendiri, terdapat 3 alat yang digunakan. Untuk alat pertama, Hemonetic, Arifah menyebut tidak ada kantong yang tersisa.
"Alat kedua, Trima ada kerusakan. Sehingga belum bisa. Kantongnya mindrik-mindrik (putus-putus). Hanya alat ketiga, amicore yang bisa digunakan," urainya.
Dengan alat yang tersisa sekarang, lanjut Arifah, hanya bisa menangani 15 pendonor saja. "Nanti alatnya error kalau sering dipakai juga. Kalau 15 pendonor aja udah 15 jam," sambungnya.
Untuk solusinya, Arifah mengaku sudah meminta ke PMI pusat. "Kami sudah minta," pungkas dia. (Ard)