
[JAKARTA] Lenteratoday - Polisi Rusia menahan ribuan orang saat pengunjuk rasa di seluruh negeri turun ke jalan menuntut pembebasan kritikus Kremlin, Alexei Navalny yang berada di penjara.
Kelompok pemantau protes, OVD-Info melaporkan setidaknya 5.021 orang masuk tahanan secara nasional pada Minggu (31/1/2021), termasuk 1.608 orang di Moskow.
Para pendukung Navalny juga mengatakan bahwa pasukan keamanan menahan Yulia Navalnaya, istri Navalny, dalam sebuah protes di Moskow.
Pada demonstrasi serupa untuk mendukung suaminya pekan lalu aparat telah menahan Navalyana.
Demonstrasi pertama berlangsung di Timur Jauh, termasuk kota pelabuhan Vladivostok tempat para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun pusat kota meskipun polisi menutupnya menjelang demonstrasi.
"Keinginan untuk hidup di negara bebas lebih kuat daripada rasa takut ditahan," kata Andrei, 25, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, dilansir Al Jazeera, Senin (1/2/2021).
Rekaman dari Vladivostok menunjukkan puluhan pengunjuk rasa melarikan diri dari polisi di perairan beku Teluk Amur. Lebih dari 100 penangkapan dilakukan di sana.
Video daring menunjukkan polisi memasukkan para demonstran ke dalam busi. Sebagian besar anak muda terlihat menari dan meneriakkan: "Putin adalah pencuri", dan "Kebebasan untuk Rusia".
Juru bicara kementerian dalam negeri Irina Volk mengecam para demonstran.
"Dalam keadaan saat ini, risiko protes ... provokasi meningkat dan tujuannya adalah untuk melanggar ketertiban sipil. Dalam situasi ini, keamanan pribadi Anda bisa terancam. Kami sangat menyarankan Anda untuk memperingatkan anak-anak Anda di bawah umur, kerabat lain dan kenalan untuk berpartisipasi dalam acara yang tidak sah,” katanya.
Meskipun pihak berwenang meningkatkan tekanan pada oposisi dengan penangkapan, para pembantu Navalny menyerukan demonstrasi nasional baru menjelang persidangan pemimpin oposisi yang akan berlangsung pada hari Selasa.
Amerika Serikat mendesak Rusia untuk membebaskan Navalny dan mengkritik tindakan keras terhadap protes.
"AS mengutuk penggunaan terus-menerus taktik keras terhadap pengunjuk rasa damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia selama minggu kedua berturut-turut," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Twitter (Ist).