20 April 2025

Get In Touch

Astaga! LAPAN Bilang Ledakan di Buleleng Diduga Asteroid Jatuh

ilustrasi hujan meteor
ilustrasi hujan meteor

BULELENG (Lenteratoday)-Meski belum ada kepastian 100%, tapi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menduga ledakan di Buleleng, Bali akibat adanya asteroid yang jatuh.  Asteroid merupakan benda langit yang ukurannya lebih kecil dari planet tetapi lebih besar dari meteorit. Dalam sistem tata surya, ada jutaan asteroid yang menggerombol hingga membentuk sabuk raksasa. 

Kepala LAPAN, Thomas Djamaludin, mengatakan fenomena suara ledakan yang terjadi di Buleleng memiliki kemiripan dengan dentuman yang terjadi di Bone pada 8 Oktober 2009.  Untuk diketahui, kejadian di Buleleng, sempat menghebohkan warga pada Minggu (24/1) sekitar pukul 10.27 WIB.

"Pada 8 Oktober 2009 warga Bone mendengar ledakan yang memicu getaran kaca-kaca rumah mereka. Warga juga melihat jejak asap di langit," ujar Thomas dikutip Senin (25/1/2021).

LAPAN menduga fenomena itu oleh meteor besar. Dugaan itu mendapatkan bukti dari peneliti NASA yang menggunakan data infrasound.  "Data infrasound mengindikasikan adanya asteroid jatuh yang kemungkinan berdiameter 10 meter.  Belakangan juga seismograf BMKG terdekat merekam getaran 1,9 Magnitudo," papar Thomas. 

Sementara itu, untuk fenomena di Buleleng, Bali,  lanjut Thomas, sejumlah warga sempat melihat benda bercahaya yang jatuh dari langit. Benda tersebut jatuh di laut. Selain itu, seismograf BMKG juga mencatat anomali dengan getaran 1,1 Magnitudo. 

"Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone, ada kemiripan sehingga diduga ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya asteroid besar yang jatuh," tegas Thomas. 

Ia menambahkan, asteroid itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan. Diduga asteroid tersebut berukuran beberapa meter lebih kecil daripada asteroid yang terjadi di Bone.

Tidak Berbahaya

Di laman resminya, LAPAN telah membuat rilis pada Senin (25/1/2021) di Lapan.go.id “Berdasarkan informasi tersebut, memang ada kemungkinan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian benda jatuh antariksa,” sebut rilis itu.

Sensor gempa di Stasiun BMKG di Singaraja mendeteksi adanya anomali getaran selama sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 WITA. Getaran tersebut memiliki intensitas sekitar 1,1 magnitudo. 

Astronom sekaligus Peneliti Madya LAPAN, Dr. Rhorom Priyatikanto mengatakan sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas rendah atau jatuh di wilayah Indonesia. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa kejadian yang teramati di Buleleng berkaitan dengan benda alamiah.

Meteor berukuran besar atau dikenal juga sebagai bolide atau fireball bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di dekat Buleleng. Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa. 

Sebagian besar meteor terbakar di atmosfer dan bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa dan jatuh ke permukaan Bumi (darat atau laut). Fragmentasi meteor besar juga jamak terjadi ketika meteor tersebut mencapai ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan Bumi.

Belakangan ini, tidak ada aktivitas hujan meteor, kecuali dengan intensitas amat kecil. Namun, perlu diketahui bahwa pada tahun 2021 ini, sudah ada sekitar 40 ketampakan meteor besar (fireball) di berbagai belahan Bumi. International Meteor Organization (IMO) menerima dan mencatat laporan akan ketampakan fireball dengan cukup baik. Beberapa kejadian disertai dengan suara dentuman yang terdengar cukup jelas.

Minor Planet Center (MPC) yang dikelola oleh International Astronomical Union (IAU) tidak mengumumkan adanya papasan dekat asteroid dengan potensi bahaya. Pada tanggal 24 Januari 2021, terdapat setidaknya 3 asteroid berdiameter <100 m yang melintas dengan jarak minimum beberapa kali lipat jarak Bumi-Bulan. Bila memang apa yang terjadi di Buleleng merupakan jatuhnya meteor berukuran besar, maka objek tersebut tidak berasosiasi dengan asteroid yang terdeteksi dan terkatalogkan sebelumnya.

Dr. Rhorom juga menambahkan bahwa Meteor yang telah mencapai permukaan Bumi tidak berpotensi bahaya. Benda antariksa ini tidak mengandung unsur radioaktif yang membahayakan, mineral yang terkandung dalam meteor pun tidak berbahaya bagi lingkungan. (ist)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.