Di Tangan Ibu Rumah Tangga Asal Malang, Sampah Popok Bayi Jadi Karya Bernilai Ratusan Ribu

MALANG (Lenteratoday) - Kreatifitas tanpa batas, itulah kalimat yang pantas untuk disematkan kepada Emalia Rohayati. Berkat tangan dinginnya, ia berhasil mengubah sampah popok (diapers) menjadi karya seni unik nan fungsional
Berawal dari keresahannya melihat limbah popok bayi yang berserakkan, Warga Kelurahan Tunjungsekar RW 01, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang ini tergerak untuk mengolah limbah diapers di kawasan tersebut. Hal ini baginya, juga menjadi salah satu bentuk kampanye peduli terhadap lingkungan bersih di sekitarnya.
Ada banyak macam karya-karya kreatif daur ulang milik Emalia. Beberapa diantaranya bisa menjadi pot bunga, sandal, lampion hingga hiasan meja berbentuk hewan dengan motif macam warna yang estetik.

“Di sini jumlah limbah popok sekitar 148 dan itu lumayan banyak. Jadi, fikiran saya tergerak gimana ya caranya ubah limbah ini jud bermanfaat,” ujarnya, Senin (21/12/2020).
Emalia mengaku jika cara pembuatannya cukup mudah. Mulanya popok dicuci bersih dengan detergen, selepas dicuci diangin-anginkan di bawah terik matahari. Lalu setelah semua tahapan tersebut sudah terlalui, tinggal membuat bentuk dan motif sesuai keinginan.
"Yang susah itu membuat lampion, karena harus memilin dulu baru ditempel,” beber ibu rumah tangga yang juga salah satu penggerak kampung STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Kelurahan Tunjungsekar RW 01, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu.
Selama membuat karya daur ulang popok diapers, Emalia kerap diberi pelatihan dan dibina oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dalam tiap pekan. Menurutnya, dengan adanya pendampingan tersebut, sangat membantu dirinya untuk mengembangkan dan intropeksi berbagai karya-karya yang ia buat.

Saat ini puluhan inovasi kreatif tersebut baru dipasarkan di lingkungan sekitar dan diperjualbelikan secara secara daring, melalui Facebook, WhatsApp dan Instagram kampung STBM dengan kisaran harga mulai Rp 3 ribu hingga Rp 150 ribu.
Selain itu, hasil dari pengolahan limbah ini masih melakukan sistem tabung mandiri. "Jadi perputaran ekonominya dari warga dan kembali untuk warga. Alhamdulillah, sudah banyak yang ikut. Dari 11 RT sudah hampir 80 persennya, ikut serta," kata dia.
Dengan adanya perkembangan usaha yang ia rintis, Emalia berharap ke depan, karya-karya popok bekasnya semakin diminati. Selain itu, yang paling utama, masyarakat harus lebih peduli terhadap sampah-sampah bekas yang ada di sekitarnya.
"Rencana saya beserta para pengrajin yang lain ingin mengikuti pameran. Tapi saat ini masih baru ditahap pendaftaran dan pendataan di Dinkoperindag Kota Malang,” tutup perempuan berkerudung ini. (Sur)