19 April 2025

Get In Touch

Pecinta Lingkungan Lumajang Peringati Hari Pohon di Lahan Almarhum Salim Kancil

Pecinta Lingkungan Lumajang Peringati Hari Pohon di Lahan Almarhum Salim Kancil

LUMAJANG (Lenteratoday) -Dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia, komunitas pecinta alam se-kabupaten Lumajang melakukan kegiatan penanaman pohon di Pantai Watu Pecak, desa Selok Awar-Awar, Pasirian, Lumajang, tepatnya di lahan milik Almarhum Salim Kancil. Untuk diketahui, Salim Kancil adalah warga yang menjadi korban pembunuhan menyusul protesnya bersama beberapa kawannya terhadap penambangan pasir di desa setempat.

Kegiatan yang bertajuk 'Terus Nandur, Ojo Mundur' ini dihadiri oleh sekitar 200-an peserta dari berbagai komunitas pecinta alam di Lumajang, Banyuwangi, Malang, Jember, Probolinggo dan Surabaya. Mengingat masih dalam situasi pandemi, jumlah peserta sangat dibatasi dan menggunakan protokol covid yang ketat. Semua peserta diwajibkan menggunakan masker dan menjaga jarak serta harus melalui proses screning terlebih dahulu.

Adapun pohon yang ditanam di tanah yang telah merenggut nyawa tokoh Salim Kancil ini adalah dari jenis mangrove, cemara laut, ketapang, nyamplung dan Baobab. Khusus untuk Baobab, bibit pohon ini didatangkan langsung oleh Laskar Hijau dari Kenya, Afrika. Pohon yang dikenal sebagai pohon terbesar di dunia ini jumlahnya sangat terbatas, yakni 2 pohon saja. Yang satu ditanam di Pantai Watu Pecak, dan yang satunya lagi akan ditanam di alun-alun Lumajang oleh Dinas Lingkungan Hidup. Total pohon yang ditanam dalam kesempatan ini kurang lebih 2500 pohon.

Hadir juga dalam kegiatan ini Bupati Lumajang Thoriqul Haq bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang, Yuli Haris. Dalam pidatonya, Bupati Lumajang menegaskan bahwa dirinya berkomitmen untuk melestarikan kawasan pesisir selatan Lumajang. "Apapun resikonya, saya akan memprioritaskan kelestarian pesisir Lumajang. Karena menyelamatkan lingkungan berarti melindungi jiwa warga Lumajang. Dan melindungi keselamatan jiwa itu lebih penting dari segalanya" kata Bupati Lumajang Thariq, Minggu (22/11/2020).

Sedangkan tokoh komunitas lingkungan Lumajang, A'ak Abdullah Al-Kudus yang memberikan sambutan mewakili panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerja kolaborasi antara komunitas pecinta alam di Lumajang dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang. Kolaborasi ini merupakan yang pertama pada masa kepemimpinan Bupati Thoriqul Haq.

A'ak juga menyampaikan bahwa Kabupaten Lumajang secara geografis berada di atas lempeng Indo-Australia. "Artinya di wilayah ini rawan terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami. Oleh karena itu penting untuk membuat benteng alam di pesisir Lumajang. Benteng alam itu bisa berupa gumuk pasir atau jajaran pohon yang memagari sepanjang pesisir. A'ak juga berharap pemerintah Kabupaten Lumajang untuk sesegera mungkin membuat perda perlundungan kawasan pesisir selatan Lumajang," terang A'ak.

Dia menerangkan, UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mensyaratkan 100 meter dari batas tertinggi air harus dijadikan kawasan lindung. Oleh karena itu penting adanya perda tentang pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau untuk memastikan perlindungan kawasan ini, mengingat pesisir Lumajang cukup menggiurkan bagi kegiatan pertambangan. "Tanpa perda, komitmen pemerintah kabupaten Lumajang untuk melindungi pesisir selatan Lumajang adalah omong kosong" tegas A'ak.

Para peserta kegiatan ini juga berharap adanya peran serta masyarakat di sekitar pantai watu pecak untuk turut menjaga pohon-pohon yang sudah mereka tanam, agar aman dari perusakan. Hal tersebut disampaikan langsung kepada Kepala Desa Selok Awar-Awar. Mengingat pohon-pohon yang pernah ditanam pada peringatan 100 hari wafatnya Salim Kancil di tahun 2015 lalu di kawasan tersebut banyak yang rusak dan mati. (mok)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.