
Lenteratoday -Sejumlah tempat pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat telah ditutup.
Warga Amerika Serikat berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dalam pemilu yang paling memecah-belah rakyatnya dalam puluhan tahun terakhir.
Jumlah orang-orang yang menggunakan hak suara mereka ditengarai memecahkan rekor dalam pemilihan umum kali ini. Kertas-kertas suara berdatangan dari para pemilih yang memilih lebih dulu alias early voting ditambah para pemilih yang antre memilih pada 3 November.
Di sejumlah TPS, warga antre sejak dini hari untuk mencoblos dengan pilihan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat.
TPS dibuat di sejumlah tempat termasuk sekolah-sekolah dan perpustakaan.
Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, mengatakan banyak pemilih yang antre sejak pagi di Philadephia, tempatnya bermukim.
"Banyak sekali para pemilih yang sudah antre dari jam 7 pagi, bahkan sudah ada yang antre dari jam 5 atau 6 pagi. Mereka memang antusias ya untuk memilih kandidatnya masing-masing," kata Shinta mengutip BBC News Indonesia, Rabu (4/11/2020).
Kedua calon presiden menghabiskan waktu-waktu terakhir kampanye di negara-negara bagian kunci. (GettyImage)
Profesor Michael McDonald dari Universitas Florida, yang menekuni pemilihan awal, mengatakan Oregon menjadi negara bagian kelima di AS yang jumlah suaranya melampaui total suara pada pemilu 2016.
Keempat negara bagian lainnya adalah Texas, Hawaii, Montana, dan Washington.
Hawaii, Oregon, dan Washington bukanlah negara bagian yang dianggap sebagai penentu dalam pemilu, namun ekor jumlah suara tersebut menandakan warga ingin didengar.
Donald Trump, 74 tahun, berusaha agar tidak menjadi presiden petahana pertama yang gagal memenangkan periode kedua sejak George HW Bush pada 1992.
Setelah maraton berkampanye selama beberapa hari menjelang pemilihan presiden, Trump kembali ke Gedung Putih; sementara Biden ke Scranton, Pennsylvania, rumah masa kecilnya dan juga basis Partai Demokrat di Philadelphia.
Saat ditanya mengenai rencananya, Trump mengaku belum punya persiapan.
"Tidak, saya belum memikirkan pidato kekalahan atau pidato penerimaan. Mudah-mudahan kita hanya akan melakukan salah satu dari dua itu dan, Anda tahu, menang itu mudah, kalah tidak pernah mudah. Bukan untuk saya, bukan untuk saya," ujar Trump.
Di sisi lain, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat, mengaku dirinya "penuh harapan".
Akan tetapi, Biden tidak mau menjabarkan rencananya jika hasil tidak diumumkan pada 3 November.
"Ada begitu banyak hak yang berlangsung saat ini…Kita lihat nanti," kata Biden.
"Jika ada sesuatu untuk dibicarakan mengenai malam ini, saya akan berbicara. Jika tidak, saya akan menunggu sampai kertas suara dihitung keesokan hari," lanjutnya (bbc).