22 April 2025

Get In Touch

Pemkot Surabaya Gunakan Aplikasi Untuk Proses Data Pasien Terkonfirmasi Covid-19

Pemkot Surabaya Gunakan Aplikasi Untuk Proses Data Pasien Terkonfirmasi Covid-19

Surabaya - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerja“cerdas” dalam mengelola dan memproses data pasien terkonfirmasi Covid-19.Salah satunya dengan menggunakan aplikasi, sehingga bisa lebih efektif danefisien dalam bekerja dan bergerak menangani pasien Covid-19 di Kota Pahlawan.

Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas PercepatanPenanganan Covid-19 Surabaya yang sekaligus Kepala Dinas Komunikasi danInformatika (Diskominfo) Surabaya M. Fikser menjelaskan awalnya data ituberasal dari puskesmas, rumah sakit dan lab-lab di Surabaya yang menjadi tempatpemeriksaan atau tes. Mereka melaporkan data-data itu ke aplikasi allrecordyang dikelola oleh Kementerian Kesehatan.

Selanjutnya, data dari aplikasi allrecord di pusat itu,dipilah berdasarkan provinsi dan dilempar ke berbagai provinsi di Indonesia.Kemudian, dari provinsi dilakukan pemilihan lagi per kabupaten/kota dandiserahkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota hingga data itu diterima olehDiskominfo Surabaya.

“Jadi, data kiriman dari provinsi yang masih mentahan itukami masukkan ke dalam aplikasi https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ yang didalamnya terdapat tiga aplikasi, yaitu aplikasi data kependudukan, aplikasidata kesehatan atau data pasien yang juga memuat rekam medisnya, dan aplikasipengolahan pasien Covid-19. Tiga aplikasi ini bekerja secara paralel, sehinggabisa cepat diketahui datanya, baik yang warga Surabaya, luar Surabaya, dandata-data lainnya,” kata Fikser.

Fikser juga menjelaskan sistem kerja dari aplikasi ini.Awalnya, data kiriman dari provinsi itu dilakukan normalisasi data yangmeliputi penyesuaian format tanggal, penulisan umur, penulisan NIK, danpenulisan alamat domisili serta alamat KTP. Sebab, data mentahan dari provinsiitu kadang tanggalnya berupa angka dan kadang berupa tulisan bulan. Bahkan,kadang NIK-nya tidak cocok atau kadang asal menyebutkan alamatnya.

“Makanya, setelah normalisasi data, dilakukan pengecekandata di aplikasi. Dalam proses ini, kita mencari apakah NIK tersebut sudahterdaftar di Disdukcapil Kota Surabaya atau tidak. Apabila di data awal tidakada NIK, maka dapat dilakukan alternatif pencarian dengan menggunakan nama ataualamatnya,” kata dia.

Terkadang, lanjut dia, NIK-nya ada tapi setelah dilakukanpengecekan diaplikasi tidak ditemukan, sehingga kasus semacam ini dimasukkandalam kategori tidak ditemukan. Selain itu, ada pula yang NIK-nya tidak ada danhanya ada nama dan alamatnya, tapi setelah dilakukan pengecekan di aplikasi,tidak diketahui nama dan alamat yang dimaksud, sehingga itu dimasukkan dalamkategori tidak diketahui. “Melalui aplikasi ini, bisa diketahui pula apakahyang bersangkutan luar Surabaya atau warga Surabaya,” ujarnya.

Bahkan, melalui aplikasi ini juga bisa melakukan pengecekanstatus pasien dengan kode PX. Apabila pasien itu memiliki kode PX, maka pasientersebut sudah pernah tercatat sebelumnya dan sudah pernah dideclare. Termasukpula bisa dicek status perawatan pasien, apakah sudah sembuh atau bahkan sudahmeninggal.

“Aplikasi ini juga bisa mengecek duplikasi pasien denganmenggunakan nama atau alamatnya. Selanjutnya dilakukan pencocokan denganpencarian duplikat. Bisa pula dilakukan pengecekan swab, sehingga bisadiketahui secara otomatis tanggal dan hasil swab pasien tersebut. Jadi semuanyadetail, sehingga kalau pasien tersebut disebut dua kali, maka kita akan gampangmengetahuinya,” tegasnya.

Nah, data yang sudah diolah menggunakan aplikasi itu,kemudian dikelompokkan ke beberapa kriteria, mulai dari data NIK ditemukan,pasien dengan alamat domisili, RS tempat perawatan, dan Laboratorium di wilayahSurabaya, pasien yang belum pernah dideclare (tidak memiliki Kode PX), bukanpasien yang sudah sembuh ataupun meninggal, data pasien tidak pernah munculsebelumnya atau tidak duplikat, dan pasien dengan tanggal SWAB terakhir tidakmelebihi 10 hari.

“Proses selanjutnya berkoordinasi dengan Dinkes untukmendapatkan kode pasien, hingga akhirnya ditentukan data pasien terkonfirmasipositif. Kemudian, data fix ini dilaporkan kepada Bu Wali (Wali Kota SurabayaTri Rismaharini), sehingga beliau langsung memberikan perintah kepada camat danlurah untuk melakukan langkah-langkah pencegahan di lapangan, mulai dari mini lockdownatau bloking area, rapid tes atau tes swab di area pasien positif, permakanan,atau bahkan isolasi. Jadi, data itu tidak diam, sehingga data ini sangatpenting bagi kami,” imbuhnya.

Ia mencontohkan seperti data yang didapatkannya kemarin, 1Oktober 2020. Awalnya, pemkot mendapatkan data awal sebanyak 224 pasien. Daridata tersebut, sebanyak 58 pasien yang tidak dikembalikan dan sisanya 166 datapasien yang dikembalikan. 166 pasien yang dikembalikan itu terdiri dari 7 dataganda, 32 pernah declare, 31 luar Surabaya, 2 tidak diketahui, 23 tidakditemukan, 1 meninggal, 6 sembuh, dan 64 data yang butuh verifikasi lebihlanjut.

“Tapi 224 pasien yang diterima itu langsung dilakukantracing semuanya, tidak ada yang dibiarkan. Sebab, tim tracing di pemkot mulaidari puskesmas, kecamatan dan kelurahan, serta Satgas Bakesbangpol yang sudahdilatih kemampuan tracing,” katanya.

Oleh karena itu, melalui aplikasi ini, kinerja PemkotSurabaya dalam menangani pandemi Covid-19 ini lebih mudah dan akurasi datanyalebih tinggi. Namun begitu, Fikser memastikan bahwa sistem ini dibuat bukanuntuk dipuji-puji atau bahkan disombong-sombongkan. “Kita buat ini supayabekerja lebih efektif dan yang paling penting kita bisa mengendalikan Covid-19ini, sehingga perekonomian warga bisa terus bergerak,” pungkasnya. (*)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.