30 December 2025

Get In Touch

Waspada Boros Saat Liburan, Dekan FEB Unair Bagikan Strategi Sehat Finansial

Ilustrasi finansial planing untuk liburan. (Pixabay)
Ilustrasi finansial planing untuk liburan. (Pixabay)

SURABAYA (Lentera)– Momen libur akhir tahun kerap menjadi waktu yang paling dinanti masyarakat untuk melepas penat setelah rutinitas panjang. Namun di balik euforia liburan, terdapat potensi risiko finansial yang kerap luput disadari atau boros, terutama akibat godaan diskon besar-besaran dan tekanan sosial dari media digital.

Menanggapi fenomena tersebut, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Rudi Purwono SE MSE, mengingatkan masyarakat agar tetap bijak dalam mengelola keuangan selama masa liburan. Dia pun membagi strategi supaya bisa sehat finansial. 

Menurutnya, perilaku konsumtif yang meningkat di akhir tahun sering kali bukan disebabkan oleh kebutuhan, melainkan dorongan emosional dan ilusi penghematan.

Prof Rudi menjelaskan strategi promosi seperti diskon besar dan cashback kerap menciptakan persepsi seolah konsumen sedang berhemat, padahal justru mendorong pembelian impulsif.

“Diskon sering kali menciptakan ilusi hemat, padahal barang tersebut belum tentu dibutuhkan. Di sinilah keputusan menjadi tidak rasional,” ujarnya, Kamis (25/12/2025).

Ia menambahkan, eksistensi media sosial turut memperkuat fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Unggahan liburan, gaya hidup, dan pencapaian orang lain dapat memicu dorongan untuk ikut serta, meski harus mengorbankan kondisi finansial pribadi.

“Pengeluaran akhirnya lebih didorong oleh keinginan sesaat, bukan kebutuhan riil,” tambahnya.

Untuk mencegah krisis keuangan pascaliburan, Prof Rudi menyarankan penerapan penganggaran sederhana namun disiplin. Salah satunya dengan membatasi pengeluaran hiburan maksimal 20–30 persen dari uang saku atau pendapatan bulanan.

“Batas ini berfungsi sebagai pagar psikologis agar tidak kebablasan saat berhadapan dengan promo atau ajakan konsumtif,” jelasnya. 

Sementara itu, sisa anggaran tetap harus dialokasikan untuk kebutuhan rutin dan tabungan.

Prof Rudi juga menyoroti maraknya penggunaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) yang kian populer, terutama di kalangan generasi muda. Menurutnya, kemudahan ini berpotensi menjadi jebakan finansial jika tidak disertai kesadaran dan perhitungan matang.

“Paylater pada dasarnya adalah utang jangka pendek dengan risiko bunga dan denda. Jangan sampai gaya hidup hari ini dibayar dengan beban finansial di masa depan,” tegasnya.

Ia menekankan prinsip sederhana, yaitu jika belum memiliki pendapatan tetap, sebaiknya tidak membiayai gaya hidup dengan utang.

Prof Rudi mengingatkan makna liburan sejatinya bukan soal destinasi mahal atau konsumsi berlebihan, melainkan proses pemulihan energi dan kualitas waktu bersama orang terdekat.

“Liburan bisa tetap bermakna dengan aktivitas sederhana, seperti berkumpul bersama keluarga, menekuni hobi, atau mengembangkan diri. Yang terpenting adalah keseimbangan,” ungkapnya. 

Di samping itu, Prof Rudi menekankan pentingnya kesiapan finansial menjelang semester baru agar aktivitas akademik tidak terganggu.

“Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan tentang seberapa besar pendapatan, melainkan seberapa bijak kita mengelolanya,” pungkasnya. (*)

 

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.