SURABAYA ( LENTERA ) - Anak muda di China dikenal cepat menangkap dan menciptakan tren baru, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup, ekspresi diri, hingga cara memaknai cinta dan kesuksesan.
Seiring perubahan zaman dan kemajuan teknologi, tren yang muncul pun semakin unik dan tak jarang memicu perdebatan. Salah satu fenomena yang belakangan menyita perhatian publik adalah tren tato gigi, sebuah bentuk ekspresi diri yang kini digandrungi kalangan remaja dan dewasa muda di Negeri Tirai Bambu.
Tren ini memungkinkan seseorang menampilkan tulisan, simbol, atau gambar tertentu di giginya. Ketika tersenyum, terlihat inisial nama pasangan, angka keberuntungan, ilustrasi kecil seperti sepeda, hingga kalimat bermakna ambisius seperti “menjadi kaya” dalam aksara Mandarin.
Bagi sebagian anak muda, tato gigi bukan sekadar hiasan, melainkan pernyataan identitas, perasaan, dan harapan hidup.
Berbeda dari kesan ekstrem yang mungkin terbayang, tato gigi tidak dilakukan dengan cara mengukir langsung enamel gigi atau menorehkan tinta permanen. Prosesnya justru memanfaatkan mahkota gigi buatan (crown) yang dicetak menggunakan teknologi 3D printing. Crown tersebut kemudian diukir sesuai desain pilihan pemiliknya, lalu dipasang menutupi gigi asli.
Dalam dunia kedokteran gigi, crown sebenarnya berfungsi untuk melindungi gigi yang rusak atau rapuh sekaligus mengembalikan fungsi serta estetika. Namun dalam tren ini, mahkota gigi mengalami pergeseran makna: dari alat medis menjadi aksesori fesyen yang bisa dilepas dan diganti kapan saja.
Popularitas tato gigi meningkat pesat seiring keterlibatan rumah sakit dan klinik gigi besar di China. Sejumlah institusi medis bahkan secara aktif mempromosikan layanan ini, tak jarang menjadikannya sebagai bonus atau upgrade gratis untuk menarik minat pelanggan muda.
Iklan-iklan mereka menekankan keunggulan teknologi, mulai dari penggunaan bahan berkualitas tinggi hingga desain yang diklaim aman dan nyaman digunakan.
Salah satu rumah sakit di Provinsi Guangdong, misalnya, mengiklankan crown gigi cetak 3D yang terbuat dari material berteknologi tinggi. Selain memperbaiki kondisi gigi, mahkota tersebut dapat diukir dengan kata-kata atau motif tertentu sesuai keinginan pasien. Rumah sakit itu memiliki cabang di Guangzhou dan Foshan, dengan tarif pemasangan crown mencapai sekitar 2.000 yuan atau setara Rp 4,6 juta.
Menurut keterangan staf medis setempat, teknologi tato gigi mulai diperkenalkan sejak awal tahun 2025. Sejak itu, jumlah pelanggan meningkat signifikan. Banyak anak muda datang dengan desain pilihan masing-masing, mulai dari simbol cinta hingga kata-kata motivasi. Mereka juga menegaskan bahwa penggunaan crown ini tidak mengganggu kenyamanan mulut selama dipasang sesuai prosedur.
Pengalaman serupa dibagikan seorang perempuan muda asal Jinan, Provinsi Shandong. Ia mengaku tertarik mencoba tato gigi karena ingin tampil berbeda. Baginya, memiliki gigi dengan karakter khusus terasa keren dan unik. Ia pun memilih mengukir huruf “shen” yang dalam bahasa Mandarin berarti “hati-hati”.
Dengan biaya sekitar 1.000 yuan atau Rp 2,3 juta, ia sempat merasa asing pada awal pemakaian. Namun setelah lebih dari satu tahun mengenakannya, sensasi tersebut menghilang dan ia merasa terbiasa. Bagi dirinya, tato gigi menjadi bagian dari gaya hidup sekaligus ekspresi personal..
Dokter Ingatkam Faktor Kebersihan
Meski populer, tren ini juga memicu perhatian dari kalangan medis. Sejumlah dokter gigi mengingatkan bahwa penggunaan crown tanpa kebutuhan medis tetap memiliki risiko jika tidak dilakukan secara tepat. Faktor kebersihan, kecocokan bahan, serta prosedur pemasangan menjadi hal krusial yang tidak boleh diabaikan.
Fenomena tato gigi mencerminkan bagaimana generasi muda China memadukan teknologi, fesyen, dan simbolisme dalam kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, tren ini menunjukkan kreativitas dan kebebasan berekspresi. Di sisi lain, muncul pula diskusi mengenai batas antara kebutuhan medis dan gaya hidup semata.
Apa pun sudut pandangnya, tato gigi kini telah menjadi bagian dari lanskap tren gaya hidup urban di China, sebuah contoh bagaimana tubuh, teknologi, dan identitas saling berkelindan dalam budaya populer modern.(ist/dya)




.jpg)
