03 December 2025

Get In Touch

Chip Analog China Diklaim Seribu Kali Lebih Kencang dari Nvidia dan AMD

Chip Analog China Diklaim Seribu Kali Lebih Kencang dari Nvidia dan AMD

Penelitian terkait chip tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature Electronics, dan menyebut bahwa teknologi baru ini juga mampu mengatasi masalah “turun-temurun” dalam sistem komputasi analog, seperti akurasi rendah dan masalah implementasi praktis selama lebih dari satu abad.

Selain unggul dalam kecepatan, chip AI analog buatan ilmuwan China ini juga disebut sangat efisien.

Dalam risetnya, para peneliti menjelaskan bahwa perangkat tersebut dapat mencapai presisi setara prosesor digital, namun hanya menggunakan 1 persen energi dari konsumsi daya chip digital konvensional, seperti Nvidia H100.

Peningkatan efisiensi energi ini diperoleh karena chip memproses data langsung di dalam perangkat kerasnya, sehingga mengurangi kebutuhan transfer data dan konsumsi daya secara signifikan. Chip ini dirancang menggunakan arsitektur baru dan memanfaatkan sel memori RRAM (Resistive Random-Access Memory) sebagai bagian dari sistem komputasinya.

Teknis utama yaitu menggunakan susunan memori RRAM dengan arsitektur crossbar, yang memungkinkan pemrosesan matriks besar, seperti pembalikan matriks skala besar, langsung di ranah analog. Desain ini diklaim mampu mencapai presisi setara 24-bit fixed-point dalam komputasi analog, sesuatu yang selama ini menjadi kendala besar di teknologi komputasi analog.

Dalam pengujian, untuk tugas tertentu seperti perhitungan matriks MIMO pada sistem nirkabel, chip ini mampu memberikan performa hingga 1.000 kali lebih cepat sekaligus menggunakan sekitar 100 kali lebih sedikit energi dibanding GPU digital tercanggih saat ini.

Teknologi ini juga mengatasi von Neumann bottleneck, yaitu hambatan akibat perpindahan data antara memori dan prosesor, dan menawarkan pendekatan baru terhadap arsitektur komputasi di level perangkat keras. Para ilmuwan menilai chip analog ini sangat relevan dengan tantangan teknologi masa depan, terutama untuk aplikasi yang membutuhkan pemrosesan data dalam jumlah besar, seperti kecerdasan buatan dan teknologi 6G.

“Dengan semakin banyaknya aplikasi yang memakai data dalam jumlah besar, hal ini menjadi tantangan bagi komputer digital tradisional, terlebih ketika skala perangkat semakin sulit dikembangkan,” ujar tim peneliti, dikutip dari TheNews.

Selama ini, Nvidia dan AMD mendominasi pasar komputasi AI dengan GPU berperforma tinggi. Jika chip analog buatan ilmuwan China ini dapat diproduksi secara massal dan diadopsi luas, maka lanskap teknologi komputasi AI dapat mengalami perubahan drastis.

Meski demikian, belum ada informasi lebih lanjut mengenai jadwal produksi komersial atau rencana implementasi industri dari teknologi chip analog buatan China ini.

Diketahui, Pemerintah Tiongkok memblokir penjualan cip AI Nvidia dan memerintahkan pembatalan pesanan karena beberapa alasan strategis yang saling berkaitan. Langkah ini merupakan respons terhadap pembatasan ekspor teknologi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, serta bagian dari ambisi Tiongkok untuk mencapai swasembada teknologi.

Tiongkok menuduh Nvidia melanggar undang-undang antimonopoli negara melalui akuisisi perusahaan teknologi Israel, Mellanox Technologies. Temuan ini dilaporkan oleh Administrasi Negara untuk Pengaturan Pasar (SAMR).

Pihaknya juga mengkhawatirkan bahwa cip Nvidia, terutama model tertentu, mungkin dilengkapi dengan sistem pelacakan yang dapat membahayakan keamanan nasional. Kekhawatiran ini sejalan dengan usulan anggota parlemen AS.

Diketahui, Amerika Serikat telah lama membatasi penjualan cip AI canggih oleh perusahaan seperti Nvidia ke Tiongkok. Tujuannya adalah untuk menghambat kemajuan teknologi militer dan kecerdasan buatan Tiongkok, menjaga keunggulan teknologi AS.(kum,ist/dya)
 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.