26 November 2025

Get In Touch

Kasus Bullying di Kota Malang Meningkat Hingga Korban Masuk RSJ, Mayoritas Pelaku Siswa SMP

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Malang Kota, Iptu Khusnul Khotimah, Selasa (25/11/2025). (dok. Humas Polresta Malang Kota)
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Malang Kota, Iptu Khusnul Khotimah, Selasa (25/11/2025). (dok. Humas Polresta Malang Kota)

MALANG (Lentera) - Polresta Malang Kota mencatat tren peningkatan kasus bullying yang melibatkan pelajar pada tahun 2025 ini, dengan mayoritas pelaku merupakan siswa tingkat SMP.

Sementara dampak yang dialami korban cukup berat, kepolisian menyebut ada korban yang harus dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena mengalami gangguan mental.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Malang Kota, Iptu Khusnul Khotimah mengatakan peningkatan kasus tersebut menjadi salah satu alasan, pihaknya menggencarkan sosialisasi anti-bullying di sekolah-sekolah.

"Materi sosialisasi hari ini adalah dampak dan pencegahan bullying. Kenapa siswa SMP? Karena akhir-akhir ini banyak sekali kasus bullying di Kota Malang yang pelakunya adalah siswa-siswi SMP," ujarnya, Selasa (25/11/2025).

Menurutnya, Polresta Malang Kota berharap roadshow sosialisasi ini dapat menekan angka kekerasan antar pelajar. Melalui kegiatan tersebut, siswa diberikan pemahaman tentang cara menanggulangi bullying, mengenali jenis-jenis tindakan yang termasuk perundungan, serta mengetahui sanksi hukum yang dapat dikenakan kepada pelaku.

Iptu Khusnul menjelaskan, dalam sosialisasi, pihaknya juga menekankan beratnya dampak bullying bagi korban. Ia mengungkapkan beberapa kasus yang ditangani unit PPA menunjukkan korban masih mengalami trauma berkepanjangan.

"Masih banyak yang kami bina melalui psikolog, bahkan ada yang kami rujuk ke RSJ. Karena dampak dari bullying luar biasa," lanjutnya. Ia menyebut korban bullying di Kota Malang tidak hanya berasal dari siswa SMP, tetapi juga SMA.

Berdasarkan data Polresta Malang Kota, terdapat 8 kasus bullying sepanjang tahun 2025, meningkat dibandingkan 6 kasus pada 2024 lalu. Kasus yang dilaporkan berasal dari pelajar tingkat SD hingga SMA. Mayoritas kasus pada 2025 merupakan bullying fisik dan menimpa korban laki-laki, meski kasus terbaru melibatkan korban perempuan.

Lokasi kejadian pun bervariasi, tidak semua terjadi di lingkungan sekolah. Dalam kasus yang saat ini masih ditangani pihak kepolisian, menurutnya, peristiwa bullying bahkan terjadi di area pemakaman. Beberapa lainnya terjadi di sekolah ataupun saat jam pulang ketika pelajar berkumpul di area tongkrongan atau tempat makan.

Terkait faktor penyebab, Iptu Khusnul menjelaskan, sebagian pelaku melakukan bullying karena ingin terlihat hebat di depan teman-temannya. "Kadang pelaku ingin dilihat hebat, ada yang salah paham, atau mereka punya kelompok dan pelaku ini ingin dilihat lebih kuat dari korban," jelasnya.

Lebih lanjut, Khusnul menyebut roadshow sosialisasi ini digelar di 5-6 sekolah. Dalam program tersebut, kepolisian bekerja sama dengan kampus di Kota Malang, khususnya yang memiliki tenaga kesehatan dan psikolog.

 

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.