
SURABAYA (Lentera) - Gunung Sinai, yang dikenal sebagai salah satu destinasi spiritual paling bersejarah di dunia, kini menjadi perhatian publik. Pasalnya, gunung yang diyakini sebagai tempat Nabi Musa menerima wahyu dari Allah SWT tersebut akan diubah menjadi kawasan resor mewah.
Menurut laporan New York Post, keberadaan Gunung Sinai terancam akibat peluncuran Great Transfiguration Project (GPP) oleh pemerintah Mesir. Proyek besar ini mencakup pembangunan lima hotel, ratusan vila, serta area perbelanjaan modern yang menjadi bagian dari rencana pengembangan pariwisata berskala besar di wilayah suci tersebut.
Proyek ambisius ini ditargetkan rampung pada 2026, dan diklaim sebagai “hadiah bagi dunia dan semua agama”, sebagaimana laporan BBC.
Namun, banyak kalangan menilai bahwa proyek tersebut justru mengancam warisan sejarah dan nilai spiritual kawasan Sinai. Gunung Sinai memiliki makna yang sangat penting bagi tiga agama besar Yahudi, Kristen, dan Islam karena diyakini sebagai tempat Nabi Musa menerima Sepuluh Perintah Allah serta lokasi terjadinya peristiwa Semak Duri yang Terbakar.
Destinasi Spiritual dan Warisan Dunia
Selama berabad-abad, Gunung Sinai telah menarik perhatian para peziarah dan wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alamnya serta mengenal lebih dekat budaya tradisional Suku Bedouin.
Selain pesona alam gurunnya yang memukau, kawasan ini juga menjadi lokasi Biara St. Catherine yang telah berdiri sejak abad ke-6. Biara tersebut dikenal sebagai salah satu yang tertua di dunia dan masih aktif hingga saat ini, serta telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2002.
Suku Bedouin Jebeleya, yang selama berabad-abad berperan sebagai penjaga Biara St. Catherine sekaligus pemandu wisata, kini disebut sebagai kelompok yang paling terancam oleh proyek tersebut. Sejumlah laporan mengungkapkan bahwa rumah dan kamp wisata milik mereka telah digusur tanpa pemberian kompensasi, bahkan terdapat kasus pemindahan makam untuk memberi ruang bagi pembangunan area parkir baru.
“Ini bukan pembangunan yang diinginkan masyarakat lokal, melainkan proyek top-down untuk kepentingan pihak luar,” ujar penulis perjalanan Inggris, Ben Hoffler, yang lama bekerja sama dengan Suku Bedouin.
Selain itu, muncul kekhawatiran bahwa peluang kerja dari pembangunan resor tersebut justru akan lebih banyak diberikan kepada warga Mesir dari wilayah Lembah Nil, bukan kepada penduduk lokal Sinai.
Sorotan Dunia
Proyek ini tidak hanya memicu gelombang protes dari masyarakat lokal, tetapi juga menimbulkan ketegangan di ranah diplomatik. Pemerintah Yunani secara terbuka menolak pembangunan tersebut karena lokasinya berkaitan erat dengan Biara St. Catherine yang bernaung di bawah Gereja Ortodoks Yunani.
Ketegangan semakin meningkat setelah pengadilan Mesir memutuskan bahwa lahan tempat biara berdiri merupakan milik negara. Namun, melalui pertemuan diplomatik terbaru, kedua pihak mencapai kesepakatan bahwa identitas Ortodoks Yunani serta warisan budaya Biara St. Catherine akan tetap dijaga dan dilindungi.
Selain itu, Gunung Sinai tidak hanya menjadi tujuan ziarah bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, Gunung Sinai juga menjadi destinasi wisata spiritual yang menarik perhatian para pelancong dari seluruh dunia karena keindahan alam dan nilai sejarahnya.
Nilai Religius dan Sejarah yang Kuat
Gunung Sinai merupakan tempat yang disebut dalam Kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Gunung ini diyakini sebagai lokasi di mana Nabi Musa berbicara langsung dengan Tuhan, menjadikannya salah satu tempat paling suci dalam sejarah keagamaan dunia.
Karena peristiwa sakral tersebut, Gunung Sinai memiliki makna spiritual yang mendalam bagi tiga agama besar monoteistik: Yahudi, Kristen, dan Islam. Hingga kini, kawasan ini tetap menjadi tujuan ziarah lintas keyakinan dan simbol pertemuan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Keindahan Alam dan Pemandangan Sunrise yang Ikonik
Pendakian menuju puncak Gunung Sinai umumnya dimulai pada tengah malam. Hal ini dilakukan agar para wisatawan dan peziarah dapat tiba di puncak tepat saat matahari mulai terbit dari ketinggian 2.285 meter di atas permukaan laut. Perjalanan ini bukan sekadar pendakian fisik, tetapi juga menjadi bagian dari ritual spiritual bagi banyak orang yang ingin merasakan kedamaian di tempat yang penuh makna religius.
Saat fajar menyingsing, pemandangan matahari terbit di atas Gunung Sinai menghadirkan suasana yang begitu magis dan menenangkan. Cahaya keemasan yang perlahan menyelimuti pegunungan menciptakan pengalaman visual dan spiritual yang luar biasa, membuat siapa pun yang menyaksikannya merasakan kedekatan dengan alam dan Sang Pencipta.
Biara St. Catherine
Di kaki Gunung Sinai berdiri Biara St. Catherine, salah satu biara tertua di dunia yang masih aktif hingga saat ini. Biara ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat tinggi, menjadi saksi perjalanan panjang keagamaan di kawasan tersebut. Didirikan pada abad ke-6 oleh Kaisar Yustinianus I, biara ini menjadi pusat kehidupan rohani bagi para biarawan Ortodoks Timur.
Selain arsitekturnya yang megah dan kokoh, Biara St. Catherine juga menyimpan koleksi manuskrip kuno serta ikonografi penting yang memiliki nilai budaya dan religius tak ternilai. Tempat ini juga diyakini berdiri di dekat lokasi “Burning Bush” semak yang terbakar tanpa hangus sebagaimana diceritakan dalam kisah Nabi Musa menjadikannya salah satu situs paling suci dan dihormati di dunia.
Formasi Geologi Unik
Gunung Sinai memiliki formasi batuan granit berwarna merah muda yang khas, menciptakan pemandangan alam yang unik dan memukau. Di sekelilingnya terbentang jajaran pegunungan gersang yang menjulang, menghadirkan kesan agung sekaligus sunyi. Kombinasi warna batu, cahaya matahari, dan kontur bebatuan memberikan nuansa dramatis yang menambah pesona gunung ini.
Keindahan lanskap Gunung Sinai tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkaya pengalaman spiritual bagi setiap pendaki dan peziarah. Pemandangan alam yang megah dan tenang ini seolah menjadi latar sempurna bagi perjalanan batin, di mana keheningan dan keindahan berpadu menciptakan makna yang mendalam.
Suasana Damai dan Meditatif
Dengan suasana yang tenang dan udara pegunungan yang segar, Gunung Sinai menawarkan lingkungan alami yang menenangkan bagi siapa pun yang datang. Jauh dari hiruk-pikuk kota, kawasan ini menghadirkan keteduhan yang sulit ditemukan di tempat lain. Minimnya polusi cahaya dan suara membuat langit malam tampak jernih, menampakkan taburan bintang yang indah dan memunculkan rasa kagum terhadap keagungan alam semesta.
Ketenangan yang menyelimuti Gunung Sinai menjadikannya lokasi ideal untuk refleksi diri, meditasi, dan pencarian makna spiritual. Banyak peziarah maupun wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati keindahan alamnya, tetapi juga untuk menenangkan pikiran serta mendekatkan diri pada Tuhan di tempat yang sarat nilai sejarah dan spiritualitas ini.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber