
SURABAYA (Lentera) – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengapresiasi langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang dinilai gerak cepat (gercep) dalam mengimplementasikan program wajib pra-sekolah sebagai bagian dari Gerakan Wajib Belajar 13 Tahun.
Dosen PG-PAUD Unesa, Fatiha Khoirotunnisa Elfahmi, menilai langkah yang dilakukan Pemkot Surabaya sudah lebih maju dibanding banyak daerah lain.
“Kalau kita komparasi dengan beberapa kota atau kabupaten lainnya, Kota Surabaya ini sangat masif terhadap hal itu. Sungguh-sungguhnya itu betul-betul sungguh. Ini perlu saya apresiasi,” kata Fatiha, Minggu (21/9/2025).
Menurutnya, komitmen Pemkot Surabaya tidak hanya mendorong wajib pra-sekolah, tetapi juga meningkatkan kualitas guru PAUD lewat program beasiswa dan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
“Kalau kita bandingkan dengan daerah lain, Surabaya sangat gercep. Tidak hanya advokasi anak untuk satu tahun wajib PAUD, tapi juga menyekolahkan guru-guru PAUD hingga S1. Tahun ini sekitar 200 guru yang sedang disekolahkan,” jelasnya.
Fatiha menambahkan, langkah yang dilakukan Kota Surabaya sejalan dengan arah RPJMN 2025–2029 yang menekankan pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai fondasi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kalau atensi ini dilakukan terus-menerus, saya yakin Kota Surabaya bukan hanya kota yang besar secara infrastruktur, tetapi juga unggul dari sisi SDM,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani, menegaskan pentingnya tambahan satu tahun pra-sekolah sebelum masuk SD. Menurutnya, pendidikan pra-sekolah menjadi bekal awal bagi anak-anak agar lebih siap secara mental dan karakter.
“Dulu wajib belajar 12 tahun, sekarang ditambah (1 tahun) pra-sekolah. Anak-anak yang sudah sekolah di PAUD atau TK akan lebih mandiri, tidak takut ditinggal orang tua, dan lebih siap beradaptasi ketika masuk SD,” ujar Bunda Rini.
Untuk memastikan program berjalan, Pemkot Surabaya menurunkan tim berlapis mulai dari Bunda PAUD tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan. Mereka melakukan pendataan anak usia 5–6 tahun yang belum sekolah sekaligus pendekatan langsung kepada orang tua.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menegaskan tujuan utama program ini bukan hanya menambah durasi wajib belajar, tetapi juga membentuk karakter anak sejak dini melalui literasi, numerasi, dan pembiasaan positif.
“Kalau sejak dini anak terbiasa mandiri, disiplin, dan percaya diri, itu akan jadi modal besar saat menempuh pendidikan dasar hingga menengah,” tutupnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi